"Akil, kamu sedang apa?" tanya Pak Elang setelah membuka mata.
"Aku sedang membuat anyaman tikar mainan dari daun pisang, Paman," jawab Akil dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Anak pintar!" kata Pak Elang kemudian yang belum mengetahui adanya Raisya di belakang Akil.
"Terimakasih, Paman!"
"Akil, kita makan. Dan terbang kembali," kata Pak Elang kemudian.
"Baiklah Paman! Tapi nanti kita antar pulang Raisya dulu ya," pinta Akil kepada Pak Elang.
Pak Elang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Akil. Lalu Pak Elang mengernyitkan dahinya, tanda tidak mengerti.
"Ini Raisya! Yang sedang bersembunyi di belakangku, Paman! Raisya takut burung elang. Makanya aku mengajaknya menemui Paman. Supaya Raisya menghilangkan pandangan negatifnya tentang burung elang!" jawab Akil dengan jujur dan polos.
Pak Elang lalu menoleh ke belakang Akil. Kemudian meraih Raisya dengan media cakarnya, lalu mendudukkan Raisya di pangkuan.
"Tolong! Bebaskan aku! Aku mohon," kata Raisya dengan tubuhnya yang bergetar karena ketakutan.
"Kamu kenapa, anak kucing yang lucu?" tanya Pak Elang dengan lembut supaya Raisya tidak takut lagi dengannya.