"Akil, sudah lelah belum?" tanya ayah Noya yang langsung keluar rumah saat melihat Akil.
"Belum, Paman. Aku mau istirahat kalau semua ini sudah selesai. Aku sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan seperti ini di rumahku," jawab Akil dengan senyum manis dan muka yang berbinar.
"Anak yang rajin," puji Ayah Noya kepada Akil.
Ayah Akil senang melihat Akil sudah tidak murung lagi seperti hari kemarin. Ada kemajuan.
"Ayah, Akil itu anak yang rajin," kata Ibu Noya dengan berbisik kepada Ayah Noya.
"Iya, Bu. Tetapi agak ringan tangan, suka memukul."
"Akil tidak suka berdebat sepertinya. Jadi kalau sakit hati, Akil akan memukul untuk membalas lawannya," kata Ibu Noya.
"Seperti itulah anak-anak, Bu. Karakternya berbeda-beda. Tinggal bagaimana caranya orang tua mengarahkan," lanjut Ayah Noya.
Beberapa menit kemudian, Pak Elang datang. Akil sangat ketakutan, tetapi tidak lari hanya diam di tepat.
"Selamat pagi Noya," sapa Pak Elang kepada Akil yang disangka Noya.
"Noya ada di dalam. Aku bukan Noya!" jawab Akil dengan sedikit ketakutan.