"Lalu, Akil sembunyi ya?" Ibu Akil pun memancing supaya anak-anak tetap melanjutkan cerita.
"Iya, Akil sembunyi. Sementara yang jadi penunggu Loly. Yang lain sembunyi. Tidak lama kemudian, Loly menemukan teman yang bersembunyi selain Akil," lanjut Recky.
"Lalu, kalian main petak umpet lagi? Pasti seru ya," Ibu Akil berusaha tenang dan memancing cerita berikutnya dari anak-anak.
"Kami tidak main lagi, Bibi. Tapi kami semua mencari Akil sambil memanggil-manggil. Tapi Akil tidak menjawab panggilan kami dan juga tidak ketemu. Kami takut. Takut kalau Akil dimakan harimau," sambung Loly yang kemudian menangis.
"Iya, kami takut jika Akil dimakan harimau. Lalu setelah matahari mulai tenggelam, kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Takut jika kami juga akan dimakan harimau," lanjut Shafa dengan air mata yang hampir terjatuh.
"Tidak mungkin jika Akil dimakan harimau. Akil hanya tersesat. Percayalah dan kalian tidak perlu takut. Bukit Permai ini sangat jauh dari populasi harimau," Ayah Akil pun berusaha menenangkan anak-anak yang mulai ketakutan.
"Benarkah, Paman? Tapi aku ingin cepat pulang, Paman. Tolong antar aku," rengek Raka kemudian.
"Baiklah, kami akan mengantar pulang kalian. Ayo kita jalan sama-sama, untuk mengantarkan teman yang rumahnya paling dekat. Oh iya, ini ada bingkisan bolu wortel untuk Ayah dan Ibu kalian. Silahkan dibawa masing-masing ya," kata Ayah Akil yang mulai menemukan cerita terakhir tentang Akil. Ayah Akil sedikit tenang dan berharap Akil akan baik-baik saja.
"Ayah, kita memang harus sabar jika berbicara dengan anak kecil," kata Ibu Akil kemudian.
Bersambung...Â
Ditulis oleh Lina WH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H