Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fabel - Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 2]

2 Januari 2019   08:42 Diperbarui: 2 Januari 2019   13:34 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Shafa, coba ceritakan bagaimana kalian bermain hingga Akil menghilang," kata Ayah Akil kepada Shafa, teman yang juga ikut bermain bersama Akil.

"Paman jangan menyalahkan aku. Aku tidak bersalah. Aku tidak membuat Akil hilang," kata Shafa yang merasa ketakutan saat Ayah Akil bertanya kepadanya.

"Shafa, paman tidak menyalahkan Shafa. Tapi paman ingin tahu bagaimana Akil bermain tadi. Supaya paman lebih mudah mencari Akil, sehingga Akil akan cepat ketemu. Shafa juga ingin Akil cepat ketemu, bukan?" Ayah Akil pun mencoba menjelaskan kepada Shafa.

Shafa dan teman-teman hanya terdiam. Tidak berani menjawab dan juga tidak berani menatap muka Ayah Akil. Ayah Akil tetap sabar dan menyadari bahwa mereka masih kecil dan tidak bisa dipaksa. Kemudian Ayah Akil masuk ke dalam rumah sebentar untuk mengambil bolu wortel yang dibuat oleh Ibu Akil tadi sore. Lalu memotong bolu dengan sama besar dan dibagikan kepada teman-teman Akil.

"Anak-anak, ini ada bolu wortel. Kalian pasti suka. Ayo dimakan. Jangan lupa cuci tangan dulu ya, kemudian berdoa bersama," kata Ayah Akil sambil membawa satu nampan bolu wortel yang kemudian disambut antusias oleh anak-anak.

"Hore! Terimakasih, Paman. Kami mau cuci tangan dahulu," kata teman-teman Akil secara bersahutan.

"Ada sabun cuci tangan yang wangi tidak, paman?" tanya Loly yang sangat feminim.

"Ada, Loly. Jangan berebut, ya!"

Sementara anak-anak sedang mencuci tangan, Ibu Akil pun pulang dengan langkah yang lemah dan muka yang murung.

"Bagaimana, Ayah? Apakah anak-anak sudah menceritakan runtutan kejadian?" tanya Ibu Akil dengan penuh harap.

"Mereka belum menjawab. Dan takut saat ditanya. Mereka mengira jika ditanya berarti disalahkan. Makhlum mereka masih kecil. Jadi kita yang harus mengalah dan pandai mengambil hati mereka," jawab Ayah Akil dengan santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun