Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fabel : Damai Itu Indah

31 Desember 2018   11:40 Diperbarui: 31 Desember 2018   11:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tian, si anak badak yang sedang tidur pulas di teras rumahnya tiba-tiba dibangunkan oleh Tura si rusa cantik. Tura nampak kelelahan karena selalu berlari saat menuju ke rumah Tian. Tian kaget dan terkejut.

"Tura, ada apa?" Tanya Tian kepada Tura.

"Aku habis dari rumah Teten si cenderawasih. Dia marah kepadaku karena Teten tidak suka kado ulang tahun pemberianku. Aku sedih," kata Tura dengan muka sedih.

"Kenapa Teten tidak suka kado darimu itu, Tura?"

Tura terdiam sebentar sambil mengatur nafasnya.

"Kata Teten aku kasih kado yang sudah rusak. Padahal aku beli kado di toko mainan dan itu masih bagus," Tura pun menjelaskan dengan nada yang lebih santai.

"Oh begitu. Mungkin kado dari kamu terlempar atau terinjak sebelum dibuka," kata Tian menghibur Tura.

"Iya, mungkin begitu. Aku jadi sedih."

"Tura, tidak usah bersedih. Kamu minta maaf saja sama Teten," hibur Tian kepada Tura.

"Aku tidak mau. Aku benci sama Teten. Aku tidak mau lagi berteman sama Teten!" Kata Tura sambil berlari meninggalkan Tian.

Tian terdiam dan ikut bersedih. Tapi Tian tidak bisa berbuat sesuatu karena Tura terus berlari pergi.

Lalu Tian kembali tiduran di teras rumahnya, sambil memikirkan Tura sahabatnya.

Tiba-tiba, Puya si buaya periang lewat di depan rumah Tian dengan langkah yang lemas. Tian heran, kenapa Puya si periang berjalan lemah seperti itu?

"Puya, mau ke mana?" Sapa Tian dengan nada lembut.

"Aku lagi sedih Tian," jawab Puya singkat dan tidak semangat.

"Kenapa sedih?" Lanjut Tian.

"Teten bilang kepadaku, katanya kado dariku itu tidak bagus. Harganya terlalu murah."

"Memangnya Teten mau kado apa?" Tanya Tian kemudian.

"Katanya yang bagus dan harganya mahal. Tapi Ibuku tidak punya uang untuk beli kado mahal!" Jawab Puya dengan sedih.

"Oh, kamu jelaskan saja kepada Teten kalau Ibumu tidak punya uang untuk membeli kado mahal."

"Aku sudah bilang. Tapi Teten malah menghinaku. Katanya aku miskin. Aku benci Teten. Aku benci Teten!" Kata Puya si buaya sambil menangis dan meninggalkan Tian.

Tian ikut bersedih. Sudah dua sahabat yang mengatakan kepadanya bahwa mereka benci Teten. Tian tidak mau jika teman-temannya sampai bermusuhan. Karena permusuhan itu tidak indah.

Keesokan harinya Tian, Tura dan Puya sedang main di kebun bunga matahari. Mereka sambil bercanda dengan riang. Menyanyi bersama dan tertawa bersama.

Tiba-tiba Teten datang. Tian, Tura dan Puya sangat terkejut, karena Teten datang sambil marah-marah.

"Teten, kenapa kamu marah-marah?" Tanya Tian dengan suara lembut.

"Aku sedih. Tura kasih kado yang sudah rusak kepadaku. Puya kasih kado murah kepadaku saat ulang tahunku. Aku tidak mau itu!" Jawab Teten.

"Kado dari aku tidak rusak. Masih bagus waktu aku beli di toko," Tura pun menjawab dengan marah.

"Tapi waktu aku buka, kado itu sudah rusak. Kaca mobilnya pecah. Kamu jahat, Tura!" Kata Teten kemudian.

"Teten, mungkin kado itu terlempar atau terinjak sebelum kamu buka," Tian mencoba menenangkan Teten.

"Tidak. Aku tidak melempar atau menginjaknya!" Teten pun berusaha membela diri.

"Mungkin adik kamu," lanjut Tian.

"Kado dari aku murah. Karena Ibu tidak punya uang banyak untuk membeli kado mahal. Kalau aku tahu kamu tidak suka kado murah, aku tidak mau datang ke pesta ulang tahunmu!" Kata Puya dengan suara sedih.

"Kalian itu jahat. Aku mau ulang tahun mendapatkan yang terbaik. Tapi kalian jahat!" Kata Teten dengan suara marah.

Lalu mereka diam sejenak. Saling menundukkan kepala sebagai tanda kecewa. Tian kecewa karena sahabatnya saling berantem. Lalu, tiba-tiba Tian punya ide untuk mendamaikan sahabatnya.

"Teten, tujuan kamu ulang tahun itu apa?" Tanya Tian kepada Teten dengan suara lembut.

"Aku mau kado yang bagus dan indah. Karena aku sudah memberi makanan dan kue ulang tahun kepada teman-teman yang datang ke pesta ulang tahunku!" Jawab Teten dengan jujur.

"Tapi tidak semua orang tua kami mampu dan kaya seperti orang tuamu. Jadi mereka memberi kado kepadamu hanya semampu mereka saja," lanjut Tian.

"Pokoknya aku mau kado yang bagus dan indah!" Kata Teten.

Tura dan Puya hanya terdiam sambil mengamati Tian yang sedang berusaha menasehati Teten.

"Teten, tujuan merayakan ulang tahun itu untuk melihat keindahan dari aktivitas berbagi dengan teman-teman lain. Dan teman-teman akan mendoakan kamu supaya kamu panjang umur dan sehat selalu. Doa itu lebih berharga, Teten. Semakin banyak teman yang mendoakan kamu, maka doa akan dikabulkan oleh Tuhan," Tian tetap berusaha memberi penjelasan kepada Teten.

"Oh begitu ya," kata Teten sambil tersenyum.

"Iya, dan teman-teman akan suka dengan kamu karena kamu sudah berbagi makanan kepada teman-teman. Enak kan kalau kita banyak teman!" Lanjut Tian.

"Iya, Teten. Dan kami juga mendoakan semoga orang tuamu banyak rezeki, jadi bisa membelikan mainan bagus dan indah kepadamu," kata Puya kemudian.

"Tura, Puya! Maafkan aku ya! Aku salah. Aku mau berteman sama kalian. Aku tidak mau kita saling membenci. Aku mau kita saling baikan dan berdamai lagi seperti dulu," kata Teten sambil bersalaman kepada Tura dan Puya.

Tura dan Puya pun menerima permintaan maaf Teten. Tian senang karena sahabatnya kini kembali rukun.

"Damai itu indah, teman. Mari kita saling berdamai dan saling menjaga!" Lanjut Tian.

Mereka akhirnya bermain bersama dan tidak saling membenci lagi. Ini karena nasehat Tian yang selalu menjaga kedamaian teman-teman.

Selesai... 

Ditulis oleh Lina WH 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun