Lalu Tian kembali tiduran di teras rumahnya, sambil memikirkan Tura sahabatnya.
Tiba-tiba, Puya si buaya periang lewat di depan rumah Tian dengan langkah yang lemas. Tian heran, kenapa Puya si periang berjalan lemah seperti itu?
"Puya, mau ke mana?" Sapa Tian dengan nada lembut.
"Aku lagi sedih Tian," jawab Puya singkat dan tidak semangat.
"Kenapa sedih?" Lanjut Tian.
"Teten bilang kepadaku, katanya kado dariku itu tidak bagus. Harganya terlalu murah."
"Memangnya Teten mau kado apa?" Tanya Tian kemudian.
"Katanya yang bagus dan harganya mahal. Tapi Ibuku tidak punya uang untuk beli kado mahal!" Jawab Puya dengan sedih.
"Oh, kamu jelaskan saja kepada Teten kalau Ibumu tidak punya uang untuk membeli kado mahal."
"Aku sudah bilang. Tapi Teten malah menghinaku. Katanya aku miskin. Aku benci Teten. Aku benci Teten!" Kata Puya si buaya sambil menangis dan meninggalkan Tian.
Tian ikut bersedih. Sudah dua sahabat yang mengatakan kepadanya bahwa mereka benci Teten. Tian tidak mau jika teman-temannya sampai bermusuhan. Karena permusuhan itu tidak indah.