Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak - Pemilihan Ketua Kelas

30 Desember 2018   10:17 Diperbarui: 30 Desember 2018   11:18 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini adalah hari yang sangat dinanti-nanti oleh Sherin, karena akan ada pemilihan ketua kelas baru untuk kelas 4 SD Cordova. Ketua kelas terdahulu sudah pindah karena orang tuanya dipindahtugaskan pekerjaannya di pulau lain.

Sherin yakin jika akan memenangkan pemilihan ketua kelas tersebut. Yang membuat Sherin yakin adalah peringkat Sherin di kelas yang paling unggul. Calon ketua kelas ada 3 siswa, yaitu Sherin, Alvarez dan Deris. Sedangkan jumlah total pemilih adalah 25 siswa.

Setelah bel tanda masuk berbunyi, anak kelas 4 SD Cordova masuk kelas dengan tertib. Kemudian berdoa yang dipimpin oleh wakil ketua kelas. Setelah selesai berdoa, Pak Agung wali kelas 4 SD Cordova menyampaikan tata cara memilih ketua kelas tersebut. Pemilihan dilakukan dengan cara voting terbuka, yaitu pengambilan suara secara terbuka dan tidak bersifat rahasia. Pak Agung menjadi pemimpinnya.

Kemudian Pak Agung menulis nama-nama calon ketua kelas, sedangkan murid memberikan pilihannya saat dipersilahkan memilih. Lalu Pak Agung memberi poin bagi setiap calon yang dipilih.

"Anak-anak, setiap murid sudah memberikan suaranya. Sekarang Bapak akan menghitung poin masing-masing calon. Jika terpilih, tidak boleh sombong. Jika belum terpilih, tetap dukung siapapun yang menjadi ketua kelas, ya!" kata Pak Agung sebelum menghitung poin setiap calon.

"Iya, Pak Guru!" kata murid-murid dengan serentak.

"Menurut hasil perhitungan yang sudah kalian lihat, ternyata yang terpilih sebagai ketua kelas adalah Alvarez dengan jumlah pemilih 15 murid!" kata Pak Agung yang diiringi oleh tepuk tangan anak-anak.

"Selamat ya Alvarez, semoga bisa menjadi ketua kelas yang benar-benar bisa memimpin kelas dengan baik. Tentu dengan bimbingan Bapak!" lanjut Pak Agung.

"Iya, Pak! Atas bimbingan Bapak, saya akan memimpin kelas 4 ini dengan baik," kata Alvarez dengan senyum manis dan muka berseri karena senang.

Saat jam istirahat, Sherin pun akhirnya menemui Pak Agung di ruang guru. Sherin mengadu karena tidak terima jika yang menjadi ketua kelas adalah Alvarez.

"Pak Agung, kenapa Alvarez yang menjadi ketua kelas dan bukan saya?" tanya Sherin kepada Pak Agung.

"Karena pilihan terbanyak murid adalah Alvarez. Jadi Alvarez yang berhak menjadi ketua kelas," Pak Agung pun memberi penjelasan dengan bijaksana kepada Sherin.

"Saya selalu peringkat pertama di kelas. Dan seharusnya peringkat pertama yang menjadi ketua kelas," lanjut Sherin yang belum bisa menerima keputusan Pak Agung.

"Ketua kelas bukan dipilih berdasarkan peringkat, Sherin. Tetapi dengan cara voting terbuka dan yang mendapatkan suara terbanyak itulah yang menjadi ketua kelas. Seperti dalam pelajaran PKn," begitulah jawaban Pak Agung kepada Sherin.

"Kenapa teman-teman memilih Alvarez dan tidak memilih saya, Pak?" tanya Sherin selanjutnya.

"Coba Sherin perhatikan dan ingat-ingat, bagaimana perlakuan Alvarez kepada teman-teman selama ini," kata Pak Agung dengan tersenyum.

"Alvarez baik dan ramah terhadap semua teman, Pak!"

"Nah, mungkin karena hal tersebut teman-teman memilih Alvarez untuk menjadi ketua kelas."

Lalu, Sherin mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada Pak Agung untuk kembali bergabung dengan teman-temannya lagi.

Namun, Sherin belum bisa menerima kenyataan jika Alvarez yang menjadi ketua kelas. Akhirnya, Sherin pun menemukan ide licik dan tidak terpuji untuk membuat Alvarez celaka. Sepulang sekolah, Sherin sibuk menukar bangku rusak yang sudah berada di gudang dengan bangku Alvarez.

Kegiatan Sherin tersebut tidak diketahui oleh guru maupun teman lainnya, karena Sherin beralasan untuk menunggu jemputan orang tuanya yang tak kunjung datang. Sherin berharap, saat Alvarez hendak duduk, Alvarez akan terjatuh karena bangku tersebut telah rusak. Sherin berpikir, dengan begitu Alvarez akan sakit dan lama tidak masuk sekolah. Sehingga ketua kelas akan disandang oleh Sherin.

Keesokan harinya Sherin datang pagi-pagi untuk memastikan jika bangku Alvarez adalah bangku yang rusak. Dan akan membuat Alvarez terjatuh saat hendak duduk.

Namun saat Alvarez baru di depan pintu kelas, tiba-tiba ada anak kelas 5 yang sedang meniup balon dan meletus karena kebesaran. Letusannya sangat keras, sehingga membuat Sherin kaget, lalu terjatuh dan tertimpa bangku rusak yang akan digunakan untuk membuat celaka Alvarez.

Dengan cekatan Alvarez menolong Sherin. Dilihatnya luka berdarah di lutut Sherin.

"Sherin, ayo ke UKS minta obat. Lain kali kamu hati-hati ya," kata Alvarez sambil menuntun Sherin berdiri.

"Terimakasih Alvarez, aku kaget karena suara balon tadi. Kenapa sih, meniup balon di depan kelas kita?" kata Sherin dengan kesal.

"Kan meniupnya di luar kelas. Ini sesuatu yang tidak disengaja. Maafkan dia, Sherin!" lanjut Alvarez sambil mengobati luka di lutut Sherin.

Sekarang, Sherin menyesal. Ternyata jebakannya telah menjadi boomerang. Dan Sherin juga sudah bisa menerima dan yakin jika Alvarez adalah ketua kelas yang paling tepat.

Selesai... 


Ditulis oleh Lina WH 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun