"Pak Agung, kenapa Alvarez yang menjadi ketua kelas dan bukan saya?" tanya Sherin kepada Pak Agung.
"Karena pilihan terbanyak murid adalah Alvarez. Jadi Alvarez yang berhak menjadi ketua kelas," Pak Agung pun memberi penjelasan dengan bijaksana kepada Sherin.
"Saya selalu peringkat pertama di kelas. Dan seharusnya peringkat pertama yang menjadi ketua kelas," lanjut Sherin yang belum bisa menerima keputusan Pak Agung.
"Ketua kelas bukan dipilih berdasarkan peringkat, Sherin. Tetapi dengan cara voting terbuka dan yang mendapatkan suara terbanyak itulah yang menjadi ketua kelas. Seperti dalam pelajaran PKn," begitulah jawaban Pak Agung kepada Sherin.
"Kenapa teman-teman memilih Alvarez dan tidak memilih saya, Pak?" tanya Sherin selanjutnya.
"Coba Sherin perhatikan dan ingat-ingat, bagaimana perlakuan Alvarez kepada teman-teman selama ini," kata Pak Agung dengan tersenyum.
"Alvarez baik dan ramah terhadap semua teman, Pak!"
"Nah, mungkin karena hal tersebut teman-teman memilih Alvarez untuk menjadi ketua kelas."
Lalu, Sherin mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada Pak Agung untuk kembali bergabung dengan teman-temannya lagi.
Namun, Sherin belum bisa menerima kenyataan jika Alvarez yang menjadi ketua kelas. Akhirnya, Sherin pun menemukan ide licik dan tidak terpuji untuk membuat Alvarez celaka. Sepulang sekolah, Sherin sibuk menukar bangku rusak yang sudah berada di gudang dengan bangku Alvarez.
Kegiatan Sherin tersebut tidak diketahui oleh guru maupun teman lainnya, karena Sherin beralasan untuk menunggu jemputan orang tuanya yang tak kunjung datang. Sherin berharap, saat Alvarez hendak duduk, Alvarez akan terjatuh karena bangku tersebut telah rusak. Sherin berpikir, dengan begitu Alvarez akan sakit dan lama tidak masuk sekolah. Sehingga ketua kelas akan disandang oleh Sherin.