Kanaya memang menghentikan semua kegiatannya di organisasi setelah mengenal Athen. Baik organisasi sosial maupun organisasi kampus. Dan kini Kanaya bingung, hendak dibawa kemana oleh Sholeh.
Akhirnya Sholeh menghentikan motornya tepat di sisi jalan samping sebuah rumah mewah yang entah siapa pemiliknya. Tapi, Kanaya masih bingung kenapa Sholeh mengajaknya ke sini. Padahal Kanaya mengenal Sholeh hanya di lingkup organisasi yang dulu diikutinya. Â
"Kan, ada Athen di dalam. Dia sama Bela. Bela saudaraku yang sudah lama bekerja di daerah sini. Dan mulai bulan ini, Bela tidak lagi kost. Semua tabungannya habis dikuras Athen," kata Sholeh tiba-tiba.
"Maksudnya? Bukannya Bela itu saudara Athen juga? Berarti kalian bersaudara donk?" Kata Kanaya dengan polos.
"Ah, ayo masuk!" Kata Sholeh sambil menyeret pekan lengan Kanaya.
Kanaya pun penasaran dengan apa yang hendak ditunjukkan Sholeh sebenarnya. Dengan pelan-pelan, Sholeh mengajak Kanaya menuju kamar Bela yang sedang berdua bersama Athen. Nampaknya mereka sedang berdebat serius dengan nada bicara yang masih terkontrol.
Dan dengan jelas Kanaya bisa mendengar suara Athen, "Bel, aku serius sama kamu. Sholeh saja yang bohong kalau aku pacaran sama Kanaya."
Ih, sungguh jantung Kanaya berdetak lebih kencang kali ini. Tetapi tetap antusias mendengarkan percakapan mereka selanjutnya.
"Sholeh bilang, kamu juga memperlakukan Kanaya selayaknya ratu," suara Bela akhirnya terdengar juga oleh Bela.
"Itu hanya mereka yang melihat. Kanaya yang selalu mengejarku, yang mengharapkan aku. Lumayanah dari Kanaya uang dapat uang rokok, uang bensin, makan gratis dan kost pun dibayari," Athen mulai jujur terhadap Bela. Tetapi kejujuran itu membuat hati Bela semakin hancur.
"B******n! Berarti selama ini kamu juga memanfaatkan aku?" Kata Bela dengan suara yang mulai tidak terkontrol.