Di lain waktu dan lain tempat serta di lain kesempatan yang tidak diketahui oleh Kanaya, Betty menemui Athen. Tetapi itu bukan kesepakatan keduanya, melainkan usaha Betty yang membuntuti Athen untuk mencari waktu berbincang sejenak.
"Athen, ada waktu? Aku mau ngomong sebentar," Betty pun menyapa Athen yang telah selesai sholat di Mushola kampus.
"Kenapa? Ada yang bisa aku bantu?" Jawab Athen dengan nada datar.
"Kamu bahagia ya sama Kanaya," lanjut Betty.
"Pastinya! Kost aku, Kanaya yang bayar. Bensin motor, Kanaya yang isi. Lumayan," dengan senyum menghina Athen pun meninggalkan Betty.
Betty mengejar. Hendak memukul Athen, tapi apalah daya.
"Athen, suatu saat Kanaya pasti tahu. Ingat itu!" Kata Betty tepat di belakang telinga Athen.
"Aku juga mau membuang Kanaya kalau motifku sudah tercapai. Tenang saja. Dan Kanaya akan menjadi sahabatmu lagi!"
"Dasar lelaki biadab! Pengecut!" Betty pun mulai geram dengan apa yang diucapkan Athen kepadanya.
Betty pun berlalu meninggalkan Athen. Mencari Kanaya dan hendak mengajaknya mengerjakan tugas kuliah di kost Kanaya. Tapi, ternyata Athen lebih dulu menghampiri Kanaya. Dan Betty mengurungkan niatnya.
Di ujung sana, nampak Kanaya dan Athen begitu mesra. Athen membawakan buku-buku tebal Kanaya yang tidak muat jika dimasukkan ke dalam tas. Sungguh, orang lain yang melihat mereka sangat iri dan akan menganggap mereka adalah pasangan abadi.