Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencintaimu dalam Diam

5 Desember 2018   14:20 Diperbarui: 5 Desember 2018   14:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak pernah menyangka, jika mengenalmu mampu membuatku merasakan cinta. Entahlah, ini hanya cinta biasa, cinta sejati atau cinta pertama. Yang jelas, rasa cintaku kepadamu bukanlah sebuah kepura-puraan saja.

Pertemuan pertamaku denganmu yang tanpa sengaja, membuat getar hatiku pada pandangan pertama. Pada saat itu, tanpa sengaja aku menabrakmu yang sedang berjalan sendirian. Itu karena kecerobohanku terlalu serius menatap layar ponsel hingga tak menghiraukan apa yang ada di sekitarku. Ponselku terjatuh karena aku menabrakmu. 

Tubuhmu terlalu tinggi, tegap dan gagah. Aku kira kamu akan marah kepadaku. Namun, dugaanku ternyata salah. Kamu malah mengambilkan ponselku dan memberikan kepadaku.

"Lain kali hati-hati ya! Untung ponselnya tidak pecah," katamu kepadaku waktu itu.

Lalu dengan tanpa basa-basi, kamu meminta nomor handphone kepadaku. Dengan senang hati aku memberikan nomor handphone kepadamu, lalu kita saling bertukar.

Pertemuan pertama itu sungguh singkat tapi penuh makna, hingga bayang-bayangmu sulit aku lupa. Apalagi kamu sering menelfonku setiap hari. Kadang hanya sekedar untuk menanyakan kabar saja dan itu telah membuatku merasa bahagia. Semakin hari aku semakin tenggelam dalam cinta, cinta yang besar tanpa mengharap balasan.

Hari itu, kamu menghubungiku dan menginginkan pertemuan denganku. Aku mau, karena kamu telah berhasil mencuri hatiku. Namun aku mengurungkan keberanian untuk menyatakan rasa cintaku kepadamu.

Di jam dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian, kami akhirnya bertemu. Kamu sungguh tepat waktu, begitu pula aku. Sehingga tidak ada yang saling menunggu.

"Alina, apa kabarmu hari ini?" katamu menyapaku.

"Aku baik, bagaimana denganmu Ricky?" aku pun juga menanyakan kabarnya.

"Seperti yang kamu lihat saat ini," jawabmu sambil tersenyum.

Lalu, kami saling bercanda dan cerita untuk bertukar pengalaman. Kamu selalu menatapku saat aku bicara. Ah, aku tidak ge-er kok! Karena itu adalah etika.

Di akhir cerita, kamu mulai bicara tentang cinta. Aku sakit, hatiku perih, tapi apalah dayaku. Biarlah aku tetap mencintaimu dalam diam saja. Kamu tetaplah setia kepada seseorang yang telah menambatkan hatimu. Dan melihatmu tersenyum, semangatku bangkit. Tapi hatiku kembali tak menentu, antara senang dan sakit.

Ricky, aku berfikir jika lebih baik kamu tak pernah tahu tentang rasa cintaku kepadamu. Karena jika kamu tahu, pasti kamu akan menjauh dariku. Biarlah rasa cinta ini aku simpan saja karena bagiku cukup mencintaimu dalam diam saja. 

Selesai... 

Lina WH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun