[caption id="attachment_1540" align="aligncenter" width="224" caption="Lingga dan Yoni"]
Karena gapura utama ditutup, maka kita memasuki halaman candi melalui jalan samping. Saya sendiri paham, masyarakat kita memang belom bisa sepenuhnya menjaga peninggalan sejarah. Jadi keingetan seorang sejarahwan yang pernah bilang sama saya, Indonesia mengurusi benda hidup saja masih kewalahan apalagi mengurusi benda mati.
[caption id="attachment_1546" align="aligncenter" width="224" caption="Pelataran Candi Sukuh"]
Memasuki pelataran, lebih banyak terdapat relief-relief lingga dan yoni yang menggambarkan simbol maskulinitas dan feminitas. Nah disini pula terdapat relief yang menceritakan tentang ruwatan. Kisah tentang Ranini yang semula cantik jelita berubah wujud menjadi Durga. Kemudian dibantu oleh Sadewa, Durga ini mampu membebaskan diri melalui proses peruwatan kemudian menjadi Dewi Uma yang cantik jelita.
[caption id="attachment_1541" align="aligncenter" width="300" caption="Relief Cerita Sudamala"]
Di bagian jeron yang merupakan bagian utama candi terdapat sebuah bangunan berbentuk trapesium setinggi 6 m. Bentuknya menyerupai bangunan-bangunan yang dibuat oleh suku maya.
[caption id="attachment_1547" align="aligncenter" width="224" caption="Relief rahim"]
Dan tepat didepan bangunan itu, ada sebuah relief rahim seorang perempuan. Jadi benar adanya bahwa candi ini memang sangat terasa menggambarkan nuansa hubungan percintaan. Akan tetapi tidak dalam kontek saru, namun kepada nilai yang terkandung bahwa disanalah asal muasal kehidupan. Dan menjadi penting ketika kita memahami akan pengendalian nafsu. Dari sanalah akan lahir sebuah peradaban. Maukah yang baik atau buruk.
Perjalanan ke candi sukuh ini merupakan bagian dari event Asean Blogger Festival Indonesia, Sabtu 11 Mei 2013 .
sophy | cilacap, 15 juni 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H