Berawal dari kisah ini dan Perjalanan
"Kamu tahu, siapa yang aku kasihani? Mereka!"
"Mereka itu membutuhkan bantuanmu. Dan kamu sudah memberinya" "Ingat hanya yang memiliki yang mampu memberi" (Aku terdiam)
"Dan sekarang dia (bunga yang cantik itu) menghinamu? Apa kamu mengenalnya? dan apa dia juga mengenalmu?"
"Untuk apa kamu bersedih atas penilaian orang yang tidak kamu kenal dan tidak mengenalmu?"
"Apa itu penting? Itu pekerjaan bodoh"
Kata-kata itu menyadarkanku. Gila! Betul juga. Untuk apa aku bersedih? Toh orang yang menilaiku dengan kejam bukanlah orang yang penting buatku. Mereka orang-orang yang merengek minta belas kasihan. Dan mestinya aku tersenyum, karena aku memiliki dan aku mampu memberi.
"Aku tanya, Apa menurutmu ada perjalanan yang mudah?" "Tidak!!!Perjalanan itu sulit"
"dan aku tau, ranselmu cukup membawa perlengkapan yang kamu butuhkan selama dalam perjalananmu"
(Akupun terdiam untuk kali kedua) Aku berfikir, adakah perjalanan yang mudah? Sepertinya tidak. "Hanya ada dua pilihan untuk mengatasi masalahmu itu"
"Pertama, anggap biasa saja dan lupakan. Ini hanya kerikil yang mengganggu perjalanan"
"Kedua, ratapi kesedihan dan kamu akan kalah" [caption id="attachment_93036" align="aligncenter" width="300" caption="Dua Pilihan "][/caption]
(Aku semakin diam)
Lalu jalan mana yang akan kupilih?
(Bersambung)
Sumber ilustrasi di sini *Untuk teman yang setia menemaniku...
Aku menyukaimu :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H