Mohon tunggu...
Linatur Rizqi
Linatur Rizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa biologi uin walisongo semarang

sebagai salah satu mahasiswa biologi, hobi saya membaca dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UIN Walisongo dan IIUM Malaysia Jalin Kerja Sama : Dari Digitalisasi Manuskrip hingga Pertukaran Mahasiswa

20 Desember 2024   12:42 Diperbarui: 20 Desember 2024   12:42 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Belajar digitalisasi manuskrip,manajemen dan tata kelola perpustakaan di Syed Muhammad Naquib al-Attas Library,ISTAC-IIUM(Sumber:walisongo.ac.2024)


Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo Semarang kembali mengukir prestasi di kancah internasional. Kali ini, mereka mengirimkan tim terbaiknya untuk belajar digitalisasi manuskrip di International Islamic University Malaysia (IIUM). Kegiatan yang berlangsung pada 24 Oktober 2024 ini merupakan buah manis dari penandatanganan MoU sebelumnya antara kedua institusi.

Rombongan yang dipimpin oleh tiga wakil dekan FUHUM ini tidak main-main. Mereka memboyong tim yang terdiri dari para akademisi handal dan lima mahasiswa terpilih. Dr. Sri Purwaningsih selaku Wadek 1 tampak antusias memimpin delegasi ini. "Ini kesempatan emas buat kita semua, khususnya untuk mahasiswa yang bisa merasakan langsung suasana akademik di luar negeri," ujarnya dengan semangat.

Seru! Itulah kata yang tepat menggambarkan kegiatan mereka di Perpustakaan Syed Muhammad Naquib al-Attas, ISTAC-IIUM. Para delegasi tidak hanya bengong melihat-lihat, tapi langsung terjun mempelajari cara digitalisasi manuskrip kuno. Bayangkan, mereka bisa memegang langsung naskah-naskah bersejarah yang mungkin usianya lebih tua dari kakek-nenek kita!

Tapi tunggu dulu, ini bukan cuma soal manuskrip lho! Dr. Muhammad Kudhori, sang Sekretaris Jurusan IAT S2, punya rencana lebih besar. Beliau membocorkan akan ada program pertukaran mahasiswa nih! "Kita nggak mau setengah-setengah. Program student mobility ini bakal jadi game changer buat mahasiswa S2 kita," jelasnya sambil tersenyum optimis.

Dr. Samidi Khalimi, si ahli filologi yang juga Kabag FUHUM, nggak mau ketinggalan memberikan pendapatnya. "Jaman now, perpustakaan nggak bisa ketinggalan jaman. Digitalisasi ini penting banget buat menjaga warisan intelektual kita. Masa iya kita masih simpan manuskrip dengan cara jadul?" candanya.

Di Malaysia, Dr. Nurul Ain binti Norman selaku tuan rumah ternyata sudah tidak asing dengan UIN Walisongo. Sebelumnya, beliau pernah jadi pembicara di ICONHUMANS 2024. "Kita udah kayak keluarga nih sama UIN Walisongo. Kolaborasi ini bakal bikin kedua kampus makin keren!" ujarnya dengan ramah.

Program ini bukan cuma iseng-iseng doang lho! Ada rencana matang ke depannya. Mulai dari pertukaran mahasiswa, riset bareng, sampai pengembangan perpustakaan digital. Dekan FUHUM, Dr. Mokh Sya'roni, bahkan sudah menyiapkan road map khusus untuk program ini.

Kerja sama ini jelas membuka peluang besar bagi civitas akademika FUHUM. Bukan cuma soal digitalisasi manuskrip, tapi juga networking internasional. Siapa tahu, beberapa tahun ke depan kita bisa lihat mahasiswa UIN Walisongo dan IIUM saling berkunjung, berbagi ilmu, dan menciptakan inovasi baru bareng-bareng. Keren kan?. 

"Ini pengalaman yang nggak bakal terlupakan!" cerita Zhafiratun Zhafarina, salah satu mahasiswa yang ikut dalam kunjungan ini. Mata gadis berkacamata ini berbinar saat menceritakan pengalamannya memegang manuskrip langka. "Awalnya deg-degan, takut salah pegang. Tapi tim IIUM super friendly dan sabar ngajarin cara yang bener," tambahnya sambil tertawa. Yang bikin tambah seru, perpustakaan ISTAC-IIUM ini udah dilengkapi peralatan canggih untuk digitalisasi. Ada scanner khusus yang bisa memindai manuskrip tanpa merusaknya. "Kalau di film-film kan sering lihat perpustakaan kuno yang berdebu. Tapi di sini beda banget, super modern!" kata Hilmi Mulyani, mahasiswa lainnya yang terkesima dengan fasilitas perpustakaan. Nggak cuma belajar teori, tim FUHUM langsung praktek menggunakan peralatan digitalisasi. "Rencananya, ilmu yang didapet di sini bakal kita terapin buat digitalisasi koleksi perpustakaan FUHUM," jelas H. Sukendar, Ph.D., Wakil Dekan III. Beliau menambahkan bahwa dalam waktu dekat, FUHUM akan mengadakan workshop digitalisasi untuk staf perpustakaan.

Selain digitalisasi, ada kabar gembira nih! FUHUM dan IIUM lagi nyusun program joint research. "Kita bakal bikin penelitian bareng soal naskah-naskah Islam Nusantara," ungkap Dr. Ibn Farhan, Kepala Laboratorium FUHUM. Katanya, program ini bakal melibatkan mahasiswa dari kedua kampus. Keren kan?. Program kolaborasi ini juga dapat membuka peluang publikasi internasional. Ahmad Zaki Rashid, Senior Librarian IIUM, mengungkapkan bahwa pihaknya siap memfasilitasi penerbitan jurnal bersama. "Hasil digitalisasi dan penelitian bisa kita publikasikan di jurnal internasional. Double win!" katanya antusias.

Beberapa akademisi dari kampus lain ikut menanggapi positif kolaborasi ini. Prof. Dr. Ahmad Rafiq, pakar filologi dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang kebetulan sedang berkunjung ke IIUM, menyambut baik inisiatif ini. "Ini bisa jadi model percontohan kerjasama antar perguruan tinggi Islam se-Asia Tenggara," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun