Manusia pasti pernah berkolaborasi dengan sesamanya. Tak muluk tentang kolaborasi yang besar, sekadar memecahkan masalah pun sudah dianggap sebagai kolaborasi.Â
Dilansir dari liputan6.com mengenai beberapa pendapat para ahli, pengertian kolaborasi adalah bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah suatu proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kolaborasi, melibatkan pembagian tugas, di mana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.
      Kolaborasi tentunya memiliki manfaat yang besar untuk hidup manusia. Antara lain:
- Membantu satu sama lain
- Melatih kerja sama
- Meningkatkan produktivitas kerja
- Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan Â
- Melatih kemampuan berkomunikasi.
Dalam sebuah drama misalnya. Kolaborasi perlu dilakukan demi terselenggaranya sebuah pentas yang berkesan dan menggelegar. Karena adanya ide dan kreativitas yang disalurkan kemudian didiskusikan dan dieksekusi menjadi satu pementasan. Dalam kegiatan seperti ini, pastinya memiliki seorang pemimpin. Sehingga kolaborasi bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan leadership.
Berbicara soal drama, pada tanggal 8 November 2020 ketika Minggu Ceria, begitu Warga Lamongan menyebut Car Free Day, terjadi pertempuran yang dahsyat. Kejadian itu diawali dengan ledakan petasan di sekitar alun-alun.Â
Pusatnya berada di jalanan depan Gedung Pemkab Lamongan. Suara gaduh itu diiringi dengan rintihan kesakitan dari beberapa pribumi yang terpaksa harus bertekuk lutut di hadapan para penjajah.
Pengunjung alun-alun yang heran mengenai apa yang terjadi, mulai mendekat ke sumber suara. Sungguh pemandangan yang tidak biasa ketika ada Hotel Oranje di depan Gedung Pemkab. Juga ada beberapa bambu runcing dan beberapa kotak yang carut marut di sekitarnya.
Penampilan drama kolosal tersebut semakin gagah dengan adanya mobil jeep yang melindas jualan dari pribumi dan bengisnya perlakuan penjajah kepada para pribumi. Para pribumi tak pernah gentar tubuhnya, tak akan gigit jari, dan terus bertekuk lutut selamanya. Semua penyiksaan itu berganti menjadi perlawanan dalam sebuah balutan tarian bambu.Â
Pribumi perempuan mengelilingi para penjajah dan bertingkah seolah mereka telah menumpas para penjajah sambil menyanyikan lagu kemerdekaan. Merdeka! Indonesia telah merdeka. Namun, perjalanan mereka setelah kemerdekaan semakin menjadi berat. Peperangan masih sering terjadi. Tepatnya di Kota Surabaya, ketika Inggris kembali datang ke Indonesia.
Suara ledakan kembali terdengar. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya. Para pribumi semakin merapatkan barisan untuk melawan penjajah. Bung Tomo, dengan semangatnya yang berkobar, membakar semangat arek-arek Suroboyo. Â Orasi yang diawali dengan ucapan bismillah dan teriakan Allahhu Akbar telah membangkitkan kembali semangat perjuangan yang menggebu. Pemuda tidak boleh menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Â
Merdeka atau Mati adalah orasi khas yang Bung Tomo kobarkan. Akhirnya perlawanan itu memberikan sebuah kemenangan dengan tewasnya seorang Jenderal besar. Jenderal A. W. S. Mallaby. Meski beberapa pribumi banyak yang gugur dalam pertempuran 10 November, perjuangan mereka telah memberikan sejarah yang besar bagi Indonesia.
Seluruh pemain pentas kemudian diam tak bergerak seperti patung. Seorang laki-laki kemudian membacakan puisi tentang perjuangan, pengorbanan, dan hasil dari sebuah perjuangan. Setelah puisi terakhir dibacakan, semua pemain bangkit kembali. Beberapa pemuda merobek warna biru pada Bendera Belanda hingga tersisa merah putih yang berkibar di Surabaya. INDONESIA TELAH MERDEKA!
Sungguh menarik dan membuat para penonton terkesima. Di Kabupaten Lamongan, yang sangat jarang ada pertunjukan drama kolosal seperti tadi merupakan awal dan wajah baru. Lamongan bukanlah tempat yang akrab dengan pementasan drama kolosal. Masih terbilang sangat jarang. Pada saat itulah gebrakan itu nekat dilakukan.
Surat ajakan mulai disebar melalui media sosial. Layangan surat itu disebarkan baik mulut ke mulut maupun ketikan jari. Dari hasil ajakan tersebut, diperoleh kurang lebih 100 aktor, tim dokumentasi sejumlah 15 orang, dan tim artistik sejumlah 20 orang.
Apakah mungkin apabila pementasan itu digelar tanpa adanya tim artistik dan tim dokumentasi? Mungkin saja. Tapi pementasan tak dapat terlaksana secara maksimal. Karena kurangnya artistik dan dokumentasi. Tidak akan pentas itu terlihat nyata tanpa adanya setting Hotel Oranje. Tidak akan terlihat gagah apabila penjajah tidak menaiki mobil jeep. Tidak mungkin pementasan itu digelar tanpa adanya musik pendukung. Apalagi, jika pementasan yang sudah digelar tersebut tak ada yang mendokumentasikannya.
Pementasan drama kolosal yang sudah diceritakan tadi merupakan salah satu karya yang dihasilkan dari kolaborasi. Pementasan tersebut melibatkan Komunitas Songgolangit Creative Space, Perpustakaan Jalanan Kanal, serta pemuda pemudi yang memiliki niat dan komitmen dalam menghidupkan seni di Kabupaten Lamongan.
Waktu latihan sangat singkat. Hanya tiga hari sebelum pementasan itu digelar. Tentunya dalam proses itu, diperlukan keseriusan, komitmen, dan tanggung jawab yang sungguh-sungguh. Beberapa aktor saling bertukar ide untuk memberi masukan. Dari kolaborasi itulah, akhirnya dapat terselenggara sebuah pementasan drama kolosal untuk memperingati hari pahlawan.
Kolaborasi ini merupakan bukti bahwa pemuda pemudi di Lamongan berani untuk berkarya di kotanya sendiri. Semangatnya untuk berkarya itulah yang harus terus dipupuk dan dikembangkan untuk mengembangkan kotanya ini.
Seperti salah satu kutipan dari Mother Teresa, "Tidak seorang pun dari kita, termasuk saya, pernah melakukan hal-hal besar. Tetapi kita semua dapat melakukan hal-hal kecil, dengan cinta yang besar, dan bersama-sama kita dapat melakukan sesuatu yang luar biasa."
Besar harapan untuk kembali hidup dan terselenggara kegiatan seni di kota yang memiliki banyak cerita ini. Sehingga tak hanya terkenal dengan julukan Kota Soto, namun bisa juga "Kota Sejuta Pentas". Julukan yang terakhir adalah harapan dari saya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI