Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

ILC dan Berita Bohong Tenaga Asing

2 Desember 2018   02:04 Diperbarui: 2 Desember 2018   03:28 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen yang membuat gundah atas sebuah kebohongan

Hari ini, saya menerima kegundahan Godly Raja Lubis, seorang pembaca.

Godly Raja Lubis menulis dalam pesannya padaku.

Dulu, saat aku membaca liputan berita, benakku dipenuhi kebingungan tiada tara.

Para wartawan melihat orang dengan kepala pecah, dan isinya berhamburan, malah sibuk mengambil gambar. Melihat anak kecil dengan kaki putus dan setengah wajahnya hangus, malah sibuk mewawancarai. Melihat ada rumah kebakaran, sibuk jepret sana-jepret sini. Bahkan saat tahu di suatu tempat ada bom, bukannya menjauh, mereka malah "kasak-kusuk" ingin tahu lokasi, dan malah mendatangi!!!

Untuk apa mereka malah sibuk memfoto hal-hal seperti ini. Mengapa saat ada kejadian tragis memilukan,  mereka bisa tanpa hati merecoki orang-orang yang naas itu. Mengapa para wartawan bisa tanpa iba, justru mengambil gambar dari sebuah keadaan tragis. Tidak logis dan sangat tidak masuk akal. Apakah tidak ada pekerjaan lain yang berguna? Orang-orang sedang menderita kemalangan, wartawan malah merepotkan dengan segala tanya-tanya,

Setelah mengetahui lebih dalam tentang dunia jurnalistik, barulah aku paham tentang yang wartawan lakukan.

Mereka pontang-panting mengejar momentum. Mereka mengumpulkan potongan-potongan cerita tentang sebuah kejadian. Mereka menyusun puzzle teka-teki yang kadang menjadi tanda tanya. Mereka mengejar, mengumpulkan, menyusun hingga menjadi sebuah narasi teratur yang mampu dipahami publik.

Para wartawan dan jurnalis adalah hamba sekaligus agen kebenaran.

Kebenaran seringkali menyenangkan, mengagetkan, menyedihkan, menyakitkan, bahkan bisa membuat seseorang naik pitam hingga dendam. Banyak dari mereka, yang mati saat bertugas karena beratnya kondisi kejadian yang harus ditelusuri. Bahkan banyak pula, yang mati karena dendam seseorang yang terganggu kehidupan pribadinya. Hormat, salut dan takzimku pada mereka yang menjadi seorang pemburu berita.

Pernah ILC mengupas tentang Tenaga Asing di Morowali, sebagai warga negara aku turut merasa khawatir bahwa negeri benar-benar sedang diserbu Tenaga Asing. Waaah, bisa-bisa aku jadi pengangguran, karena tidak kebagian pekerjaan.

Beberapa hari lalu, aku dikirimi dokumen tentang sebuah kebohongan.

Dokumen itu kurang lebih menyatakan:

SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN KETERANGAN

Nama: Asnan As'ad, lengkap dengan nomor KTP dan alamat.

"Dengan ini menyatakan bahwa sesuai keterangan saya pada hari Selasa, 1 Mei 2018 tentang TKA yang berada dan bekerja di PT. IMIP Morowali Sulawesi Tengah. Keterangan yang ditayangkan dalam acara "Telusur tvOne" di berbagai media mainstraim maupun media online tidaklah benar sesuai fakta di lapangan, karena pernyataan saya tersebut hanya mengambil informasi dari masyarakat yang ternyata tidak benar. Saya meminta maaf atas kekeliruan saya kepada manajemen PT. IMIP di Jakarta maupun di Morowali. Oleh karena itu saya meminta kepada penanggung jawab tvOne:

  • Menghentikan penayangan wawancara tersebut. Sampai saat ini, masih tayang di youtube channel, dengan judul Fakta TvOne "Buruh Asing; Protes Belum Selesai" (Part 2), dan website tvOne di Courtesy TvOne.
  • Tidak menjadikan keterangan saya tersebut sebagai bahan untuk program atau acara lainnya yang akan dibuat oleh tvOne.
  • Bila manajemen tvOne tidak mengindahkan pernyataan saya, maka saya tidak bertanggung jawab bila dikemudian hari diperkarakan di depan hukum.

Surat tersebut bertanggal 18 September 2018, dengan saksi Abd. Rahim dan Alias Lasangka, SE.

Dalam pandanganku, Karni Ilyas adalah salah seorang wartawan senior yang selama ini cukup patut kuberikan rasa hormat, ternyata bisa salah melakukan penelusuran tentang kebenaran. ILC telah membiarkan sebuah kebohongan menimbulkan kegundahan pada negeri ini.

Di sebuah acara tv sekelas tvOne, Karni Ilyas membiarkan jutaan orang salah paham tentang keberadaan TKA.

Saat membaca surat itu, seketika segala hormat takzim dan salutku pada wartawan menjadi turun ke ruang hati yang paling gelap.

Maafkan aku, kepercayaanku telah runtuh pada acara ILC juga pada Karni Ilyas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun