Tim identifikasi naik ke lantai 2 yang terdiri dari 4 kamar. 3 kamar kosong tak berpenghuni, salah satu kamar tertutup. Petugas kepolisian mengetuk tetapi dari dalam tidak ada jawaban.
Akhirnya, kami duduk di depan rumah untuk menunggu tindakan selanjutnya. Ternyata, datang 2 orang memakai motor yang salah satunya saya kenali sebagai kakak dari Dian Ariyani, pemalsu identitas ayah kami yang menguasai lahan pada lokasi yang tidak berhak.Â
Salah satu pengendara (berjaket hitam) turun dari motor. Sementara yang berjaket biru bertopi  duduk di motor sambil berkacak pinggang melihat menantang kepada para petugas kepolisian.Â
Bripka Parman Pakpahan bertanya, "kenapa itu tangannya begitu-begitu?"
Jaket biru menjawab dengan gaya menantang dan tetap berkacak pinggang.Â
Parman menepis helm dan menyuruh melepas helm jaket biru.Â
Merasa ditepis helmnya, si jaket biru maju bergaya akan menyerang Bripka Parman Pakpahan sambil berkata keras, "anda memukul saya ya???"
Jaket hitampun ikutan memprovokasi supaya terjadi keributan. Tim identifikasi Polres Jakarta Timur lain segera mengelillingi 2 orang bermotor tadi untuk menahan terjadinya keributan. Dua orang bermotor tadi teriak-teriak seolah terjadi pemukulan, padahal tidak ada.
Di tengah upaya provokasi 2 orang bermotor tadi, Iptu Jumakir mengeluarkan surat tugas identifikasi, berkata, lantang, "Ini surat tugas kami. Bapak-bapak ini langsung ribut!!!". Kedua orang bermotor tadi segera turun tensi bicaranya.Â