Mohon tunggu...
Lina Nauli
Lina Nauli Mohon Tunggu... -

https://twitter.com/LinaNauli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

13 Hari di Negeri Tirai Bambu

17 Agustus 2013   23:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:11 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1376755386753408593
1376755386753408593
Pemandangan dari luar Bailong Elevator

Kereta api K9067 berangkat dari Zhangjiajie pada hari Kamis, 4 Juli 2013 pukul 5 sore, terlambat dari jadual di pukul 16:25. Saya tiba di Guangzhou keesokan harinya pukul 11 siang. Pertimbangan untuk menghabiskan malam di Guangzhou berubah karena situasi kota yang menurut saya mirip Jakarta. Saya menukarkan uang yuan ke dolar Hongkong di Agricultural Bank of China. Lagi-lagi beruntung bisa dapat kurs lebih rendah dibanding menukar uang di tempat penukaran uang di Jakarta meskipun hanya beberapa poin. Saya hanya bertahan 6 jam di Guangzhou untuk pergi ke Hongkong dengan kereta api T803 yang berangkat pukul 17.33 waktu Guangzhou.

13767563991855023412
13767563991855023412
Berpose dengan latar belakang lalu lintas Guangzhou

Saya tiba di Hongkong di hari yang sama sekitar pukul 7 malam. Saya berniat menghabiskan malam di salah satu kafe 24 jam. Tak disangka, sewaktu hendak naik bus, saya bertemu dengan kedua teman saya yang ternyata sudah sampai di Hongkong duluan. Jadilah saya menginap di hostel mereka. Karena belum sempat berkeliling Hongkong, saya berpencar lagi dari mereka untuk kemudian bertemu di bandara internasional Hongkong untuk transit di Kuala Lumpur lalu pulang ke Jakarta.

Jika beberapa orang berpikir jika Hongkong surga belanja, saya tidak. Buat saya, Jakarta dan Bangkok lebih nyaman untuk belanja. Mungkin karena saya di sana pada akhir pekan dan menenteng tas punggung ke mana-mana, saya tidak begitu menikmati waktu di Hongkong. Kota Hongkong sangat padat waktu itu. Saya menabrak orang dan ditabrak orang sewaktu berjalan kaki. Barang-barang yang dijajakan pun tak menarik minat saya. Lagi-lagi, justru pasar tradisionalnya yang saya minati.

13767570111679027765
13767570111679027765
Buah-buahan nan menawan hati di pasar tradisional Hongkong

Saya naik kereta api ke bandara internasional Hongkong dengan membayar 60 dolar Hongkong. Cukup mahal memang untuk perjalanan ke bandara. Namun, setelah naik kereta, barulah saya paham. Desain interior kereta api sangatlah mewah. Kursi bisa diatur sesuai kehendak kita. Kamar mandi pun nyaman.

Demikianlah pengalaman saya berjalan-jalan di negeri tirai bambu, Cina. Beberapa hal saya pelajari dari perjalanan saya ini. Lain kali, saya tidak akan berpindah-pindah kota karena uang habis di transportasi dan waktu terbuang di perjalanan sehingga saya kurang menikmati dan mengenal satu kota tertentu. Hal lain yaitu supaya saya sudah memesan penginapan sehingga bisa menikmati waktu menjelajah tempat-tempat tanpa dibebani barang bawaan. Secara keseluruhan, saya menikmati perjalanan ini dan akan menjelajah tempat-tempat lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun