Mohon tunggu...
Lina kharisma
Lina kharisma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Covid-19, Indonesia Darurat Kesehatan Mental?

13 Mei 2020   16:13 Diperbarui: 13 Mei 2020   16:25 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gangguan mental oleh health.harvard.edu 

Merebaknya wabah Covid 19 di segala penjuru dunia ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga mengancam kesehatan mental manusia. Hal tersebut disebabkan oleh meluapnya berita yang beredar ditengah masyarakat. Yang tidak dipungkiri dapat menimbulkan ketidakpastian dikalangan masyarakat, khususnya masyarakat yang dimaksud belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai virus ini. 

Ditambah lagi dengan adanya beberapa kebijakan baru yang mengharuskan setiap orang untuk menjaga jarak fisik dan sebisa mungkin untuk tidak keluar rumah. Tentu bagi sebagian orang tidak mudah dalam menghadapi situasi ini, sehingga dapat berakibat mengalami tekanan dan kepenatan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat berujung menjadi penyebab gangguan kesehatan mental.

Kesehatan mental merupakan hal penting bagi manusia, sama seperti kesehatan fisik. Tetapi banyak dari mereka yang terkesan meremehkan dan bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera yang dimana individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat melaksanakan kemampuan untuk mengelola stress, bekerja secara produktif dan dapat berperan serta didalam kelompoknya.

Berbicara tentang kesehatan mental, tidak melulu hanya soal mereka yang disebut sakit jiwa, tetapi juga mereka yang mengalami gangguan kecemasan, tertekan, ketakutan berlebih, stress, bahkan depresi. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa kasus gangguan kesehatan mental yang ditimbulkan oleh adanya pandemic Covid-19.

Fenomena pertama, jika menengok kembali, tentu kita sama-sama mengetahui bahwa semenjak pertama kali Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus positif corona di Indonesia, yang diumumkan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020), semenjak itu pula mulai muncul fenomena panic buying ditengah masyarakat. Di negara-negara lain fenomena panic buying yang terlihat dengan adanya foto yang beredar di media sosial mengenai kondisi pusat perbelanjaan yang mulai kehabisan stok bahan makanan. 

Perilaku panic buying menurut Eny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), dipicu oleh faktor psikologis yang biasanya terjadi karena informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang diterima oleh masyarakat. Akibatnya, timbul kekhawatiran di dalam masyarakat sehingga menimbulkan respons tindakan belanja secara pasif sebagai upaya penyelamatan diri. 

Fenomena panic buying di Indonesia dapat dilihat dengan semakin menipisnya stok masker medis dan hand sanitizer yang biasa dijual di apotek atau swalayan. Tentu fenomena ini terjadi karena adanya kepanikan dalam masyarakat yang timbul akibat adanya himbauan dari pemerintah untuk menggunakan masker dan untuk menjaga kebersihan tangan.

Fenomena panic buying diatas dapat disebabkan oleh adanya rasa cemas dan khawatir akan situasi tertentu sehingga seseorang melakukan tindakan atau antisipasi untuk berjaga-jaga, dengan melakukan pembelian barang-barang yang dirasa perlu pada kala itu. Lalu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi panic buying yaitu dengan menyaring kembali informasi yang beredar di masyarakat, tetap tenang dan jangan terlalu panik, dan menyediakan stok khusus darurat secukupnya.

Fenomena kedua, selain fenomena panic buying, beberapa bulan yang lalu Indonesia sempat dihebohkan dengan beredarnya video viral yang memperlihatkan dua orang sedang berbelanja di swalayan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa baju hazmat lengkap dengan atributnya yaitu kacamata, masker dan sarung tangan. 

Peristiwa tersebut diketahui terjadi di pusat perbelanjaan di wilayah Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (28/3/2020). Hal yang dilakukan oleh dua orang tersebut menjadi kian menggelitik, mengingat pada saat itu sedang terjadi kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh para tenaga medis yang tengah berjuang di garda terdepan dalam memerangi wabah Covid 19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun