Aku memang jenis manusia yang tak begitu bahagia tinggal di kota, apalagi kota besar. Sekarang ini aku tinggal di Pematang Siantar, kota kecil. Itupun, aku tinggal di daerah pinggiran, dekat persawahan.Â
Aku sudah punya pengalamanku sendiri tinggal di Jogjakarya, Solo, dan Medan. Ini termasuk kota-kota yang lumayan besar di Indonesia. Aku pernah tinggal selama tiga kali di Amerika, dua kali di Chicago, kota yang sangat besar itu, lalu di Hartford. Hartford agak beda dengan Chicago. Aku sudah tahulah dan pernah ngalami tinggal di kota. Selama di Jogja dan Solo, aku sering ke Jakarta. Aih, macetnya! Aku senang memang kalau lagi Idul Fitri ke Jakarta. Jalanan lempang!Â
Dari semua jenis pekerjaan yang pernah kulakukan setelah lulus dari perguruan tinggi, akhirnya aku tahu, sudah cukuplah itu semua. Aku sudah pernah mengalaminya.
Beberapa tahun terakhir ini, aku lebih suka berurusan dengan tanaman. Aku senang sebab sejak kecil aku sudah biasa bekerja. Kami wajib bekerja sejak kecil, membantu orangtua di ladang, membantu opung.Â
Begitu Covid-19 nongol, aku santai aja. Kek aku nggak ada urusan sama sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan Covid-19 yang sangat menghebohkan itu.
Aku nyantai aja, nggak kurang makanan, ada tuh melimpah ruah di kebun. Aku pelihara ayam, telornya banyak. Aku bisa makan telor enak setiap hari. Enak karena aku biarkan ayam-ayam itu liar, malam hari mereka bertengger di pohon-pohon sekitar ladang dan rumah.
Akhirnya kubiarkan mereka liar, sebab ketika ayam-ayam kumasukkan dalam kandang, pernah hilang, dicuri (hantu?). Untung nggak semua dalam kandang, jadi masih bisa berlanjut punya ayam dan telor.
Jadi petani itu enak dengan syarat harus kita sukai dan kita mau belajar terus. Kalau kita bertani, kita mengatur diri kita sendiri. Orangtuaku yang petani nggak pernah ngalami bagaimana menjadi bawahan, jadi mereka berpikir dan mengira menjadi pegawai negeri itu enak karena nggak kena panas terik dan hujan.
Orangtuaku yang petani itu nggak pernah merasakan bagaimana atasan bisa membentak bawahan, bagaimana atasan bisa cenderung bersikap arogan pada bawahan, entah itu di sektor swasta atau bukan. Petani yang punya lahan sendiri, siapa yang bentak?Â
Aku juga memperhatikan mentalitas saudara-saudariku yang menjadi pegawai negeri. Alamak jaaang, pikirku! Ya itu tadi, inggeh-inggeh aja, bawaan dari tempat kerja?