Setiap kali berkunjung ke dokter di Penang, adek saya mengembalikan bungkus kosong tablet glivec yang dia konsumsi. Itu peraturan dan bagi kami itu masuk akal dan sportif. Dokter memastikan bahwa adek saya disiplin mengonsumsi obatnya dan juga secara tidak langsung untuk untuk taat pada aturan yang ditetapkan rumah sakit dan The Max Foundation , untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkapkan sebab obat itu memang mahal.
Saya berharap Menkes yang baru dapat memperbaiki sistem-rumit yang ada berkaitan dengan distribusi obat-kemanusiaan seperti glivec. Kita sudah dibantu, kok malah membuat situasi runyam bagi para pasien yang sedang menderita? Itu kan menyiksa habis orang yang sudah tersiksa.
Sekedar berbagi pengalaman; kalau Anda membaca tulisan ini, silahkan memberi tanggapan bagaimana kita sebaiknya membantu orang-orang seperti Ibu Ai Rukiah. Saya perkirakan, ada banyak orang yang mempunyai pengalaman yang mirip dengan Ibu Ai Rukiah di negeri ini dengan kisah yang berbeda-beda tapi sama-sama menyakitkan. Menghadapi kanker saja sudah sulit bagi pasien sendiri termasuk bagi keluarganya, tolonglah agar pihak-pihak yang harusnya membantu jangan malah menambah derita bagi sesama dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Terima kasih atas perhatian, kepedulian dan tindakan positif Anda! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H