Di balik senyumnya yang menawan, Suci Suwardiwati, gadis 19 tahun asal Bali, menyimpan sebuah pergolakan batin yang mendalam. Suci lahir dari orang tua beragama hindu, ayahnya beragama Hindu asli sedangkan ibunya dulu beragama Islam dan pindah ke Hindu karena menikah dengan suaminya. Suci pun dibesarkan dalam tradisi Hindu. Hal ini yang menyebabkan Suci memeluk agama Hindu. Namun, hatinya selalu bertanya-tanya, seakan ada ruang kosong yang tak terisi.
Saat ini di negara kita Indonesia, perpindahan agama mungkin memang banyak ditemukan di sekitar lingkungan kita, namun tidak banyak dari kita mengetahui apa saja yang menjadi titik balik atau cerita dibalik perjuangan seseorang dalam mengambil keputusan besar dihidupnya yang menyangkut kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Esa.Â
Selama kehidupannya Suci merasa tidak mendapatkan kenyamanan selama menjadi seorang Hindu, dia merasa ada sesuatu yang kurang karena dia tidak mendapatkan "feel" selama beribadah. Â Ia bagaikan burung yang terperangkap dalam sangkar, mendambakan kebebasan untuk terbang dan menemukan jati dirinya. Kehidupan sehari-hari Suci pun merasa penuh kebingungan dan kehampaan karena tidak nyaman dengan agama yang dipeluknya.
Di tengah kebingungannya, Suci dihadapkan pada kenyataan pahit, perceraian orang tuanya, karena suatu alasan yang tidak bisa diceritakan. Ibunya kembali memeluk Islam, agama yang dianutnya sebelum menikah. Melihat keteguhan sang ibu, benih-benih keingintahuan Suci tentang Islam mulai tumbuh.
Diumur nya yang menginjaki usia sembilan belas tahun memang menjadi masa dimana rasa keingintahuan seseorang sangatlah meningkat. Begitu juga dengan apa yang dirasakan oleh suci, ia mulai timbul rasa ingin tahu mengenai semua hal termasuk mengenai agama yang selama ini ia percaya. Seperti ada yang mengganjal di benak nya dan ia ingin mencari tahu tentang keteguhan dan kepercayaan nya saat ini.Â
Dukungan sang pacar (Taufik) menjadi titik balik dalam kehidupannya. Terinspirasi oleh keteguhan sang pacar dalam menjalankan ibadah dan amalan lainnya dalam agama Islam, Suci memberanikan diri untuk mengikuti jejak sang ibu.
Namun, keraguan menghantui nya. Bagaimana jika keluarga ibunya meragui keputusannya? Bagaimana jika ia dihujani penolakan?
Dengan penuh keraguan, Suci memberanikan diri untuk berbicara kepada sang ibu. Ia mengungkapkan keinginannya untuk memeluk Islam. Air mata kebahagiaan membasahi pipi sang ibu. Ia tak menyangka putrinya akan mengikuti jejaknya.
Dengan penuh kasih sayang, sang ibu membantu Suci menyampaikan keputusannya kepada keluarga. Dukungan dan penerimaan hangat dari keluarga sang ibu bagaikan embun penyejuk di tengah gurun tandus. Keraguan Suci sirna, digantikan oleh rasa bahagia dan damai yang tak terkira. Begitupun dengan perasaan Sang ibu, setelah mengetahui anaknya telah memutuskan untuk memeluk agama Islam dengan dasar keputusannya sendiri.
Cerita perjalanan menuju Islam yang dialami oleh Suci Suwardiwati. Sebelumnya beragama Hindu, Suci merasa tidak mendapatkan kenyamanan saat menjalankan ibadahnya. Hal ini membuatnya mulai merenung dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti ibunya yang pindah ke agama Islam. Banyak langkah berat, pikiran buruk, serta kegelisahan yang menghantui saat menentukan pilihan nya tersebut. Memang keputusan untuk memeluk dan mempercayai suatu agama bukan lah suatu keputusan yang mudah bagi siapapun terlebih saat ini suci harus menentukan pilihan tersebut saat usia nya terhitung masih remaja.
Bagi Suci, momen perpindahan agama tersebut sangat berpengaruh. Dia merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang luar biasa setelah memeluk Islam. Salah satu cerita menarik dari awal perjalanan Suci dalam memahami Islam adalah ketika dia mencoba menjalankan puasa pada hari Senin dan Kamis.
Puasa Senin-Kamis bukan hanya sekadar tradisi, melainkan juga simbol spiritualitas dan ketaatan. Bagi Suci, puasa tersebut bukan hanya menunjukkan kedisiplinannya, tetapi juga menjadi awal dari transformasi spiritual yang mendalam baginya. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang menggebu, Suci menjalankan puasanya dengan penuh kesungguhan dan keyakinan. Â Dia merasakan sensasi yang berbeda saat berpuasa. Dia merasakan ketenangan dan kedamaian yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
Namun, keraguan dibenak Suci masih ada. Bagaimana dengan ayahnya? Bagaimana dengan keluarga besarnya yang beragama Hindu? Suci belum berani memberitahu mereka tentang keputusannya.
Dukungan dari sang ibu dan kekasih menjadi kekuatan bagi Suci untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan keraguan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Dia tak gentar untuk menjelaskan keyakinannya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Perlahan tapi pasti, keluarga dan lingkungan sosial Suci mulai menerima keputusannya. Mereka melihat perubahan positif dalam diri Suci. Dia menjadi lebih disiplin, sabar, dan penuh kasih sayang.
Sejak memeluk Islam, hidup Suci bagaikan lukisan yang diwarnai dengan nuansa baru. Ada kalanya guratan kebahagiaan menghiasi, di lain waktu tetesan air mata membasahi kanvas. Namun, di balik setiap momen, terukir pengalaman yang tak terlupakan dan meninggalkan jejak mendalam di hati.
Salah satu momen yang paling berkesan baginya  adalah saat pertama kali ia merasakan kedamaian saat shalat. Di tengah kesibukan dan keriuhan dunia, ia menemukan ketenangan jiwa di atas sajadah. Doa-doa yang ia panjatkan bagaikan melodi indah yang menenangkan jiwa dan membawa kedamaian di hati.
Perubahan lain yang tak kalah berkesan adalah rasa cinta dan protektif yang semakin kuat terhadap orang-orang terdekat. Suci terdorong untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan membawa mereka bersamanya dalam perjalanan spiritual ini. Suci ingin mereka merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang sama seperti yang ia rasakan.
Menjadi mualaf tak hanya mengubah cara pandangannya terhadap dunia, tetapi juga pola hidupnya. Kini, ia lebih disiplin dalam menjalankan ibadah dan berusaha untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Suci belajar untuk lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Di balik sorot matanya yang teduh, Suci Suwardiwati, memancarkan aura ketenangan yang berbeda sejak memeluk agama Islam. Dulu, hidupnya diwarnai keraguan dan pencarian jati diri. Kini, Suci menemukan kedamaian dan makna hidup dalam Islam.
Perjalanan Suci menuju Islam tak berhenti di situ dan tidaklah mudah. Di tengah keluarga yang berbeda agama, dia dihadapkan pada berbagai pertanyaan dan keraguan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Namun, keyakinannya yang teguh dan pengetahuan yang dia dapatkan menjadi tamengnya. Rasa ingin tahunya yang besar tentang Islam membuat Suci mencoba untuk menjalankan ibadah puasa untuk pertama kalinya. Saat menjalankan ibadah puasa, Suci merasa mendapatkan ketenangan, hal tersebut membuatnya makin memantapkan diri untuk memeluk agama Islam.Â
Sejak memeluk Islam, ia merasakan banyak perubahan dalam hidupnya. Dia menjadi lebih disiplin dan teratur dalam menjalankan ibadah. Suci juga belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang dia miliki.
Perubahan Suci tidak hanya terlihat secara pribadi, tapi juga mengamalkannya dengan penuh ketaatan. Suci mulai mencoba memakai hijab, belajar shalat dengan benar, dan meninggalkan kebiasaan yang dilarang dalam Islam.
Kisah perjalanan Suci Suwardiwati mengajarkan kita tentang kekuatan transformasi pribadi dan kekuatan iman. Ia merupakan contoh nyata bahwa ketika seseorang menemukan keyakinan yang benar-benar membuatnya nyaman dan damai, itu bisa menjadi pendorong untuk meraih kesempurnaan spiritual dalam hidupnya.
Kisah ini juga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu mencari kebenaran, berani mengambil keputusan, dan tidak takut untuk mengikuti kata hati. Semoga kisah Suci dapat menjadi pelita yang menerangi jalan bagi mereka yang sedang mencari makna hidup yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H