Mohon tunggu...
Lily White
Lily White Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pembawa Cahaya dan Terang, Hidup dalam Kasih

25 Desember 2015   16:35 Diperbarui: 25 Desember 2015   16:35 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terjaga pukul 4.15 wib dan segera beranjak dari tempat tidur. Adzan subuh pun selesai berkumandang meninggalkan keheningan. 

Bulan purnama masih tampak bercahaya jingga disamping terangnya lampu Masjid. Langit bertaburan bintang, kondisi hari ini cerah, namun sejuk karena angin berhembus sepoi-sepoi. 

Momen hening yang berkesan dalam menyentuh kehidupan dan alam semesta. Saya melantunkan doa dan meditasi sampai fajar menyingsing. Saya mendengar lantunan doa saya sendiri, burung kecil yang perlahan berkicau, dan ayam berkokok. Suara yang harmonis. Suasana yang damai. Saya berharap melalui kedua mata ini, saya mampu memandang semuanya dengan penuh kasih dan semoga tangan kecil ini mampu melayani dan menolong banyak makhluk. 

Terdengar bunyi lonceng menandakan langit sudah mulai cerah. Sembari menunggu siraman cahaya mentari, saya stretching sejenak. Karena menikmati momen inilah, saya batal ke Puncak untuk berlibur.

Kemudian, saya melangkahkan kakiku menuju Gereja Katedral. Sepanjang perjalanan dengan naik busway, saya berdiri dekat jendela, saya melihat keluar dan menengadahkan kepala ke langit. Tiada keinginan berlebih yang aku minta, saya sudah sangat bersyukur akan hidup dan kesehatan ini. Ini sudah cukup bagi saya.

Setibanya di Gereja, saya berjalan dan menemukan tempat berdoa pada Bunda Maria. Lalu, kupersembahkan pelita dan berdoa sejenak. Entah saya harus berdoa seperti apa. Seperti halnya pelita yang membawa terang dan cahaya, demikian pula kemuliaan kasihMu menerangi kami semua. Semoga kehidupan kami juga membawa terang dan cahaya bagi diri sendiri dan makhluk lain. Semoga semuanya hidup bahagia, damai dan tentram.

Amin.

Setelah itu saya ikut misa pukul 9.00 wib. Seusai misa, saya masuk ke dalam Gereja dan di sudut suatu ruangan terdapat patung Bunda Maria yang sedang memeluk Yesus setelah diturunkan dari Salib. Saya berdoa sejenak disana untuk menghormati.

Terpujilah Kristus.

Terpujilah Bunda Maria. 

Suatu pengorbanan yang mulia. 

Semoga semuanya hidup dalam bahagia, damai dan kasih. 

Kemudian saya berjalan keluar dan beranjak mau pulang. Sebelum itu, saya kembali ke tempat Bunda Maria dan melihat banyak orang berdoa dengan khusyuk. Saya merasakan semua orang ingin kesembuhan dan hidup bahagia. 

Duduk disini saya melanjutkan menulis kisah ini sampai selesai. Terlintas oleh penglihatanku dandelion kecil putih yang terbang bebas dan lepas. Bunyi burung berkicau, bunyi daun yang terjatuh dari pohonnya. Sejuknya angin berhembus. Ya, sebuah tempat yang tenang dan saya menikmati momen ini.

Sembari duduk, saya merenung, saya hanya ingin berbuat baik tanpa ego. Hidup totalitas dalam kasih dan damai, serta bermanfaat.

Terima kasih. Terima kasih semuanya. 

Demikianlah kisah perjalanan saya yang akan terus berlanjut dalam ziarah kehidupan ini. Semoga senantiasa damai dan sejahtera. 

Saya hanya ingin menghormati dan memanfaatkan momen Natal ini, meskipun saya bukan seorang Christian. Saya rasa itu baik adanya.

Saya tersadarkan bahwa Yesus Kristus telah menanggung derita di kayu Salib. Ini merupakan belas kasih universal yang patut diresapi, diteladani dan dikembangkan dalam diri, sehingga kita hidup sepenuhnya dalam karunia kasih. Kasih adalah bahasa universal tanpa memandang apa agamamu.

Merry Christmas :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun