Terjaga pukul 4.15 wib dan segera beranjak dari tempat tidur. Adzan subuh pun selesai berkumandang meninggalkan keheningan.Â
Bulan purnama masih tampak bercahaya jingga disamping terangnya lampu Masjid. Langit bertaburan bintang, kondisi hari ini cerah, namun sejuk karena angin berhembus sepoi-sepoi.Â
Momen hening yang berkesan dalam menyentuh kehidupan dan alam semesta. Saya melantunkan doa dan meditasi sampai fajar menyingsing. Saya mendengar lantunan doa saya sendiri, burung kecil yang perlahan berkicau, dan ayam berkokok. Suara yang harmonis. Suasana yang damai. Saya berharap melalui kedua mata ini, saya mampu memandang semuanya dengan penuh kasih dan semoga tangan kecil ini mampu melayani dan menolong banyak makhluk.Â
Terdengar bunyi lonceng menandakan langit sudah mulai cerah. Sembari menunggu siraman cahaya mentari, saya stretching sejenak. Karena menikmati momen inilah, saya batal ke Puncak untuk berlibur.
Kemudian, saya melangkahkan kakiku menuju Gereja Katedral. Sepanjang perjalanan dengan naik busway, saya berdiri dekat jendela, saya melihat keluar dan menengadahkan kepala ke langit. Tiada keinginan berlebih yang aku minta, saya sudah sangat bersyukur akan hidup dan kesehatan ini. Ini sudah cukup bagi saya.
Setibanya di Gereja, saya berjalan dan menemukan tempat berdoa pada Bunda Maria. Lalu, kupersembahkan pelita dan berdoa sejenak. Entah saya harus berdoa seperti apa. Seperti halnya pelita yang membawa terang dan cahaya, demikian pula kemuliaan kasihMu menerangi kami semua. Semoga kehidupan kami juga membawa terang dan cahaya bagi diri sendiri dan makhluk lain. Semoga semuanya hidup bahagia, damai dan tentram.
Amin.
Setelah itu saya ikut misa pukul 9.00 wib. Seusai misa, saya masuk ke dalam Gereja dan di sudut suatu ruangan terdapat patung Bunda Maria yang sedang memeluk Yesus setelah diturunkan dari Salib. Saya berdoa sejenak disana untuk menghormati.
Terpujilah Kristus.
Terpujilah Bunda Maria.Â
Suatu pengorbanan yang mulia.Â