Mohon tunggu...
Afrillya Sari
Afrillya Sari Mohon Tunggu... -

Terlahir sebagai anak pesisir, selalu menyukai laut, pecinta terasi dan seafood. Backpacker is okay!! Now i live in Central Borneo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nostalgia Pantai Garut Selatan

8 November 2015   19:05 Diperbarui: 8 November 2015   19:46 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Saat sunrise matahari, pantai lepas yang menyambung langsung ke Samudera Hindia dengan berhias hamparan pantai batuan karang yang luas dan pasir putih membuat silaunya keren. Airnya jernih, saat surut airnya kalem seakan cermin. Dan saat pasang, deburnya mengerikan. Apalagi penginapan persis di sisi laut, Bapak sampai kelihatan rada gimana gitu, setelah mendengar kabar gempa di Yogya. Maklum saja laut pantura tak se-dramatis laut selatan. Tapi tak lama kami memikirkan kabar gempa, karena angin yang membuat relaks dan pada akhirnya kami pun terlena dengan segarnya atmosfer, tak ingin memikirkan Borneo selama plesiran disana.

Kabarnya di homestay-homestay sisi laut pantai Sayang Heulang, saat acara puncak liburan yaitu lebaran dan tahun baru bisa mematok angka minimal satu juta untuk satu rumah, atau sekitar 350 ribu untuk satu kamar. Wow ya? Saat menjelang siang, banyak wanita nelayan pada musim panen rumput laut menjemur rumput laut di jalan di pinggir laut. Berdasarkan keterangan salah satu wanita nelayan yang lagi asyik menjemur, katanya rumput laut Gracilaria yang dijemur itu tak diudidayakan, namun tumbuh dengan sendirinya. Setelah kering, rula tersebut dipasok ke pabrik lokal untuk bahan pembuatan kertas.
  1. Pantai Rancabuaya

Sehari sebelum Tasyakuran Laut di Pantai Rancabuaya, kami bertandang ke pantai ini. Berbeda letak dengan pantai Santolo dan Sayang Heulang yang berada di kecamatan Pameungpeuk, pantai ini terletak di kecamatan Caringin. Sebelumnya, jalan menuju Rancabuaya dari Pameungpeuk belum dapat ditempuh. Namun sekarang sudah dibuka dan jalannya sudah bagus, beraspal dan banyak jembatan-jembatan khas Jawa Barat berangka baja yang menjulang tinggi seperti box berkerangka. Dari Rancabuaya bahkan  bisa tembus ke Pengalengan, Bandung Selatan dan Sukabumi Selatan lho. Menuju Rancabuaya dari Pameungpeuk, kita disuguhi view full pantai di sepanjang jalan. Indah banget pokoknya.

 

Kami mengunjungi pantai ini menjelang sunset, udara yang masih sejuk angin pantai selatan. Semenanjung yang eksotis terlihat bahkan di sepanjang jalan sebelum masuk ke pantai Rancabuaya itu sendiri. Di pantai Rancabuaya juga ditemui TPI kecil dan di sisi laut terdapat warung-warung yang menjual ikan segar dan ikan bakar dan banyak pula penginapan. Ada beberapa penginapan yang bagus dan bersih, baru sepertinya.

Pikir kami, esok  pasti rame banget, mungkin ada acara “lomban” kali ya. Ga tau juga sih tradisinya disini seperti apa. Yang pasti sore itu sudah ditambatkan panggung dangdut dan aneka lomba voli bapak-bapak dan ibu-ibu, serta wayang golek. Lomban kalo di Rembang pantai utara Jawa adalah bentuk ceremoni adat rasa syukur terhadap Yang Maha Kuasa atas hasil ikan yang melimpah, dan kemudian nelayan-nelayan itu berlomba balap perahu.

Masih sama dengan karakter pantai di Pameungpeuk, pantai disini juga berpasir dan berkarang, bahkan katanya ada curug juga lho di dekat pantai. Sayangnya kami tak singgah di curug yang dimaksud.

 

Indonesia Indah...let’s go for travelling. Jangan di rumah aja, tau sendiri kan gimana rasanya “kurang piknik” hehe.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun