Hari itu masih jelas terekam di memori internal, saya harus berangkat ke Kupang dengan pesawat tanpa tiket.
Perjalanan dari rumah ke bandara saya tempuh dengan adik 02 kurang 15 menit dengan high speed sepeda motor.
Belum sempat check in sudah ada pengumuman  boarding untuk semua penumpang, dan saya  belum memiliki tiket.
Panik. Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi saya saat itu. Tetapi harus ada solusi untuk semua drama yang terjadi.
Kupang - Kalabahi, terlampau dekat. Di ujung telpon si bungsu mengatakan berangkat saja. Semua bisa diatur. " Ini pesawat guys, bukan kapal laut. Bagaimana bisa berangkat?
Kaka, telpon saja nomer ini. Nanti ada jawaban. Klik. Sambungan terputus.
Seseorang petugas Bandara melambaikan tangan. "Kaka yang mau berangkat, Ini tiketnya."
"Tapi saya tidak membawa uang cash, bagaimana kalau sekembalinya saya dari Kupang baru  bayar?Â
Hening. Tak ada jawaban.Â
"Saya janji begitu sampai di El Tari-Kupang, dananya sudah saya transfer. Boleh minta nomor rekeningnya? Oke terimakasih.
Sebagai penumpang terakhir yang naik pesawat, dengan tiket yang berbeda. Ada perasaan aneh yang tidak pernah saya mengerti. Koq bisa?Â