Di Uma Fanja misi penyebaran agama mulai dilaksanakan oleh 5 Gogo bersaudara. Berbekal Al Qur'an yang dibawa dari Ternate, mereka mulai mengajarkan tentang ibadah kepada Allah seperti sholat, mengaji, zikir dan perilaku hidup yang islami.
Mereka kemudian meminta lagi sebidang tanah untuk dijadikan sebagai lopo tempat beribadah dan mengaji. Raja Baololong pun memberikan sebidang tanah yang menjadi tempat cikal bakal berdirinya Mesjid Babusholah Alor Besar. Sejak saat itu semua kegiatan keagamaan di pusatkan di lopo, bukan lagi di Uma Fanja.
Waktu terus berjalan. 5 Gogo bersaudara itu merasa bahwa semua masyarakat Alor Besar sudah mengerti dan memahami tentang Islam beserta hukum -hukumnya. Mereka berniat melanjutkan perjalanan untuk menyebarkan agama Islam ke tempat lain.Namun niat mereka tidak disetujui oleh Raja Baololong. Untuk mensiasatinya raja akan menikahkan salah seorang putri bangsawan saudaranya bernama "Putri Bui Haki" dengan salah satu dari mereka.Â
Sesuai dengan kesepakatan akhirnya Sultan sulung yang bernama "Iang Gogo" bersedia menikah dengan Putri Bui Haki dan menetap di Alor Besar. Setelah pesta pernikahan 3 orang Gogo pun melanjutkan perjalanan ke tempat lain. "Sultan Ilyas Gogo ke Tuabang Pantar Timur, Sultan Jou Gogo ke Baranusa Pantar Barat dan Sultan Boy Gogo ke Solor Flores Timur. Si Bungsu Kimales Gogo tetap tinggal bersama sang kakak Iang Gogo di Alor Besar.Â
Tiga tahun kemudian, Kimales Gogo menggunakan perahu Tuma'ninah menuju ke Lerabaing Alor Barat Daya.
Dari hasil pernikahan antara "Iang Gogo dan Putri Bui Haki, hingga saat ini sudah 14 generasi pewaris Al Qur'an kulit kayu yang masih menjaganya.Â
Sultan Ian Gogo menikah dg Putri Bui Haki hingga saat ini  turun temurun terlahirlah 14 generasi pewaris alquran tua ini yakni:Â
1. TAHIONONG GOGO
2. BOI RAJA TAHI
3. RAMANEHE BOI