Mohon tunggu...
Laila Umar
Laila Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar sepanjang hayat, membaca dan mengamati

Bersama kesulitan ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memupuk Adab pada Anak Melalui Rumah Peradaban

8 Juli 2023   22:04 Diperbarui: 8 Juli 2023   22:34 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri Rumah baca Nussa

Dalam KBBI Peradaban berarti kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Peradaban juga dimaknai dengan hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. 

Sedangkan kata adab sendiri berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, dan akhlak, yang kesemuanya merupakan sifat-sifat yang luhur, tinggi dan mulia. Sifat-sifat luhur tersebut amatlah penting dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menjadi bangsa yang berperadaban tinggi, maka sejatinya harus memiliki tatanan kehidupan masyarkat yang beradab.

Untuk membentuk masyarakat yang beradab maka harus dimulai dari circle terkecil, yaitu lingkungan keluarga, rumah dan sekolah. Dari lingkungan inilah akar peradaban dapat tumbuh dan berkembang. Suatu contoh jika seorang ayah dan ibu yang tinggi adabnya akan menerapkan aturan - aturan yang mengedepankan adab pada anak-anak mereka.

Namun sayang di era globalisai sekarang ini nilai-nilai luhur yang menyangkut adab seseorang kian tergerus dan terus mengalami pergeseran. Sikap individualistis dan apatis yang merupakan dampak negatif dari globalisasi kian merebak. Orang tua lebih suka menyuguhkan anak-anak mereka bermain gadget daripada membaca buku atau bersosialisasi dengan teman sebaya mereka.

Keasikan bermain gadget dengan beragam hiburan dan informasi yang sulit dibendung, ditambah longgarnya pengawasan dan pendampingan orang tua serta contoh yang kurang baik dari orang tua dan orang-orang dewasa, akan semakin menjauhkan anak dari nilai-nilai luhur.

Maka tidak heran jika saat ini, adab anak terhadap orang tua, adab siswa terhadap guru serta lingkungan sangat jauh dari yang diharapkan. Bahkan anak-anak  tidak peduli lagi dengan lingkungan mereka, sikap cuek, acuh tak acuh mulai terbentuk pada anak bahkan dalam usia yang masih dini, mereka hanya asik dengan tontonan dan permainan pada gawai mereka, sehingga panggilan dan nasihat orang tua pun tak lagi didengar.

Kondisi ini  cukup memprihatinkan, banyak anak-anak yang dewasa sebelum waktunya, baik dalam tindakan atau ucapan mereka. Jika dulu anak-anak diam dan suka mendengarkan orang tua mereka, namun sekarang banyak anak-anak yang suka menyela kata-kata orang tua dengan celetukan yang nyeleneh.

Begitu pun adab kepada guru. Jika dulu seorang murid sangat menghormati guru mereka, jangankan menyela, bertemu pun mereka menundukan wajah sebagai bentuk hormat, namun sekarang banyak siswa yang sangat berani, mereka kerap menyela bahkan meledek guru mereka. 

Kemana perginya adab anak-anak kepada orang tua yang begitu luhur? Kemana perginya adab seorang murid kepada gurunya? Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan penalaran yang mendalam. Namun di sini kita akan mencoba menemukan cara bagaimana memupuk adab pada anak-anak, agar tidak melenceng jauh dari nilai-nilai luhur untuk membangun peradaban.

Tidak dipungkiri, banyak orang tua dan berbagai kalangan yang resah dan prihatin dengan perkembangan yang terjadi saat ini. Kita tidak mungkin menghentikan arus globalisai yang melesat begitu cepat, kita hanya perlu mencari cara untuk mengimbangi dampak buruk globalisasi agar tidak kebobolan terlalu dalam.

Salah satu cara meminimalisir dampak negatif globalisasi adalah dengan mengurangi ketergantungan anak pada gadget dan mulai menumbuhkan ketertarikan mereka pada buku dan pengetahuan. Untuk melakukan hal ini kesadaran orang tua mutlak dibutuhkan. Karena banyak orang tua yang memberikan anak-anak mereka keleluasaan menggunakan gadget hanya agar anak-anak diam tidak mengganggu mereka yang juga sibuk dengan gawai mereka.

dokpri Rumah baca Nussa
dokpri Rumah baca Nussa

Dan untuk mengalihkan ketergantungan anak pada gadget dibutuhkan suatu wadah yang mengasikkan bagi mereka, dimana mereka bisa melihat hal-hal yang menarik, berinteraksi dengan teman-teman mereka sambil mengasah perkembangan kognitif (intelektual) afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) mereka.

Salah satu wadah tersebut adalah rumah peradaban. Di rumah peradaban ini anak-anak bukan hanya sekedar membaca buku secara konvensional, namun mereka juga melakukan game edukatif, nonton film-film edukatif, percobaan sains, mendengarkan kisah-kisah teladan dan juga memahami ayat secara sederhana, yang kesemua kegiatan itu akan meningkatkan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

dokpri (kegiatan di Rumah baca Nussa)
dokpri (kegiatan di Rumah baca Nussa)

Diantara rumah peradaban yang baru saja berdiri adalah rumah baca nussa. Rumah baca nussa adalah salah satu rumah peradaban yang merupakan bagian dari Spirit Nabawiyyah Comunity yaitu komunitas yang berfokus pada pendidikan ataupun pengetahuan bagi anak-anak untuk lebih mengenal sejarah islami, seperti sirah atau sejarah nabi dan rasul. 

Rumah baca yang baru dibuka tanggal 25 Juni lalu itu dimotori oleh pasangan muda Irvan Reza dan Suci Mardiyani (Abi dan Umi Yaser) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Sampai tulisan ini dibuat kegiatan di rumah baca nussa itu terus berjalan, anak-anak di lingkungan sekitar mengikuti berbagai kegiatan dengan antusias, tentu saja hal tersebut tak lepas dari peran dan dukungan orang tua. Dan yang menariknya semua kegiatan yang dilakukan gratis, tidak dipungut bayaran serta terbuka untuk umum.

Semua kegiatan yang dilakukan di rumah peradaban ini dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional anak yang sangat penting bagi kehidupan mereka.

Melalui rumah peradaban ini perlahan-lahan adab anak mulai di pupuk dan dikembangkan, diharapkan mereka akan menjadi generasi yang beradab yang memiliki sifat-sifat luhur dan mulia, sehingga menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun