Mohon tunggu...
Lilis Yuliani
Lilis Yuliani Mohon Tunggu... wiraswasta -

perempuan jawa yang ingin menjelajah samudera ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Tanggung Jawab Bersama

29 Mei 2016   16:15 Diperbarui: 29 Mei 2016   16:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kualitas peradaban dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Pendidikan dituntut selalu berkembang, dan menjawab kebutuhan manusia di setiap jamannya.

Di Indonesia, sedikitnya ada 3 ranah penting yang menjadi fokus pendidikan. Yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif mencakup wawasan pengetahuan dan spirit keilmuan. Ini lebih mengarah pada kemampuan otak seseorang. Afektif berbicara tentang sisi nilai. Kecerdasan emosi, spiritual dan sebagainya berpengaruh dalam ranah ini. Sedangkan psikomotorik banyak berfokus pada kemapuan fisik. 

Sekarang, kita dihadapkan pada fenomena yang cukup semrawut. Dari sisi keilmuan, kita jelas kalah tertinggal dengan negara lain. Bahkan antar daerah pun berbeda. Kompetensi guru dan sumber belajar kerap menjadi kambing hitam atas situasi ini.

Di sisi lain, sikap baik tidak tercermin dari mereka yang berpendidikan tinggi. Tengok saja berita sehari-hari. Seakan kenyang dengan fakta kekerasan siswa sekolah, kejahatan seksual, narkoba, hingga korupsi para pejabat.

Bidang keahlian sempat menjadi primadona di pendidikan menengah. Seolah tagline 'lulus, siap kerja' menjadi jaminan yang besar. 

Ketiga fakta di atas mewakili ketiga ranah yang dijelaskan sebelumnya. Artinya, bangsa ini masih punya PR dalam bidang pendidikan. 

Pendidikan tidak hanya milik kementerian saja. Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Ada tiga pemeran utama dalam pendidikan. Yakni keluarga, lingkungan, dan sekolah. Ketiganya harus memiliki sinergi dan integritas yang sama dalam beberapa hal. 

Pertama, pandangan. Pendidikan dipandang sebagai kebutuhan atau kewajiban? Kebutuhan akan pendidikan akan mengajak subyek pendidikan untuk berjuang keras dan mendapatkan yang terbaik. Jika dipandang sebagai kewajiban, pelaksanaannya mungkin sekedar 'mengikuti arus' dalam masyarakat saja. Hal ini harusnya bisa dikomunikasikan dengan baik, mulai dari lingkungan keluarga.

Pemahaman yang baik tentang pendidikan dalam sebuah keluarga, secara tidak langsung akan membimbing dalam mencari lingkungan pendidikan yang baik, yang biasanya telah mengadopsi kurikulum (memiliki sekolah) yang baik. Jika setiap keluarga memiliki pandangan yang baik tentang pendidikan, maka secara masif akan tercipta komunitas atau lingkungan yang ramah terhadap pendidikan. 

Kedua, metode dan proses. Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam belajar. Inilah yang kadang, secara tidak sadar sulit diterima. Seseorang yang cara belajarnya aktif dengan seluruh tubuhnya, cenderung dinilai nakal oleh guru yang senang ceramah. Bukankah sekarang media dan metode pembelajaran sudah banyak berkembang?

Ya, memang. Tapi berapa persen implementasinya? Kita cenderung tidak sabar dalam proses, dan mendewakan hasil. Disinilah sulitnya membentuk karakter. 

Orang tua harus lebih cerdas dan terbuka. Mereka dituntut mampu mengenali potensi anak, dan mengkomunikasikan dengan sekolah. Mereka juga harus terbuka dengan kemajuan jaman dan informasi. Ini penting dalam mengontrol lingkungan yang baik. Kalaupun terpaksa dalam kondisi yang tidak mendukung, orang tua dapat memberikan dukungan yang tepat pada anak.

Sabar dan jujur, dibutuhkan juga dihasilkan dalam proses pendidikan. Proses ini berawal dari keluarga, tempat dimana anak pertama kali mendapatkan pendidikan. Kesabaran dan kejujuran dalam pendidikan ini terkait pada proses pendidikan yang berlangsung. Mulai dari pemahaman apa yang hendak dikenalkan, lalu bagaimana mengenalkannya, kemudian bagaimana interaksi dengan pemahaman tersebut.

Berawal dari contoh kecil tentang kebersihan, proses ini juga dapat dipakai dalam mempelajari ilmu-ilmu lain kemudian. Proses ini juga mencakup kebenaran cara yang ditempuh dan usaha yang dilakukan. 

Jika dapat menjadi perhatian yang serius, dampaknya dapat dirasakan bersama. Lingkungan pun dapat mendukung secara positif dan menghargai setiap proses yang berjalan. Karena masing-masing sadar tentang nilai penting dari sebuah usaha dan ketekunan.

Secara lebih luas, hal ini juga dapat berpengaruh pada segi fasilitas dan anggaran. Fasilitas yang didapatkan saat ini saling berbeda. Tapi jika ada kesungguhan dalam berproses, kendala tersebut akan bisa disiasati dengan baik. Ada banyak jalan untuk menempuh pendidikan yang baik, asal ada tekat dan usaha keras. 

Pemerintah juga tidak serta merta berpangku tangan jika masyarakat sudah memiliki mindset yang bagus dalam pendidikan. Pemerintah memiliki kuasa yang lebih atas akses informasi dan peluang. Jika disinergikan dengan jujur, perlahan tapi pasti pendidikan akan berjalan secara lebih dinamis. Dengan begitu, kita semuasama-sama belajar bertanggung jawab atas pendidikan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun