Mohon tunggu...
Kak Lilis
Kak Lilis Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer

Trainer, Motivator Millenial's, Penulis, Mompreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukan Arah Hidup Itu Penting

6 April 2022   00:18 Diperbarui: 6 April 2022   00:19 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menemukan Arah Hidup Itu Penting

Sahabatku pernahkah kalian bertanya - tanya sebenarnya hidup kita ini untuk apa?

Pernahkah pula kita merenungkan detik - detik waktu kita selama ini dari bangun tidur hingga tidur lagi apa saja yang kita lakukan?

Pernahkah kita berpikir bahwa bertambahnya umur kita berarti berkurangnya jatah waktu hidup kita di muka bumi ini?

Lalu apa yang kita lakukan selama ini? Barakahkah umur kita atau justru mengalami kesia - siaan yang sangat?

Sungguh hidup ini hanya sementara, ibarat kita bertamu tidak akan kita bertama sepanjang hidup kita. Akan tetapi ada waktu berpulang ke tempat tinggal masing - masing.

Berbagai Macam Pilihan Hidup

Hidup ini pilihan. Memilih hidup yang mengalir apa adanya seperti air atau hidup yang bermakna sehingga semakin hidup, ini semua merupakan pilihan hidup kita.

Hidup ini pilihan. Kita mau diam tidak bergerak untuk membuat hidup semakin hidup, ataukah mau bergerak menuju arah yang lebih baik. Semua itu pilihan hidup kita dan akan dimintai balasan oleh Allah SWT.

Banyak pilihan hidup, ibarat sungai yang di dalamnya terdapat batu, daun, ikan. Ketiganya bisa menggambarkan  pilihan - pilihan hidup kita.

Batu misalnya menggambarkan dia tidak bergerak oleh apa pun, kalau dianalogkan pada manusia, tipe seperti ini cuek, tidak peduli apa pun yang terjadi dalam kehidupanya.

Daun yang jatuh ke sungai mengikuti aliran air dimana dia bermuara, jika dianalogkan pada manusia seperti mengalir begitu saja hidup tanpa ada makna sedikitpun. Jika dia mengalami kebaikan maka akan baik dan jika mengalami keburukan maka dia akan buruk. Semuanya mengalir saja mengikuti arus perkembangan kehidupan yang ada.

Berbeda halnya dengan ikan, ikan yang hidup dia cenderung melawan arus air untuk mendapatkan makanan dan bertahan hidup agar tidak terbawa arus. Jika dianalogkan pada manusia, hidup manusia ini lebih hidup karena memiliki tujuan untuk bertahan hidup. Tidak gampang ikut arus kehidupan yang akan membuat dia terombang - ambing. Akan tetapi justru dia memiliki jari diri dalam hidupnya dan memiliki pendirian dalam bersikap.

Begitulah gambaran macam - macam pilihan hidup, apakah kita mau cuek seperti batu yang tidak peduli terhadap kehidupan? atau apakah kita mau mengikuti arus kehidupan ini tanpa melihat baik buruknya? atau kita berjuang untuk menemukan jati diri kita sehingga menjadikan hidup kita lebih hidup? Semua itu pilihan, setiap pilihan akan dimintai pertanggungjawaban.

Butuh Peta Kehidupan

Ibaratnya kita berjalan, kita harus ada tujuan, akan tetapi tujuan ini juga tidak akan pernah tercapai ketika kita tidak memiliki petunjuk bagaimana tujuan itu akan tercapai.Kita butuh buku petunjuk atau pun peta agar kita bisa sampai kepada tujuan yang ingin kita capai.

Begitulah kehidupan, ketika kita ingin mencari jati diri kita maka kita butuh petunjuk tentang kehidupan. Petunjuk tersebut nantinya akan memberi tahu kepada kita apa sebenarnya tujuan hidup kita dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan hidup kita.

Hidup ini ada yang menciptakan yakni Allah SWT. Sehingga ketika kita ingin mengetahui apa yang terbaik dalam hidup kita maka kita harus melihat petunjuk dari Sang Pencipta. Petunjuk itu adalah Al Qur'an yang merupakan Kalam Allah.

Di dalam Al Qur'an, Allah menciptakan semua makhluk di muka bumi ini tidak ada yang sia - sia. Termasuk manusia, Allah menciptakannya dengan tujuan agar manusia beribadah kepada Allah. Seperti dalam Qur'an Surat Adz Dzariyat 56 yang berbunyi;

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Dalam tafsir ibnu katsir menjelaskan bahwa, Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.

Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku.

Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah.

As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat.

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka akan menjawab, "Allah." (Az-Zumar: 38; Luqman: 25)

Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mereka. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini (Adz-Dzariyat: 56) adalah orang-orang mukmin.

Begitulah gambaran tujuan hidup yang diberikan oleh Allah kepada kaum mukmin yakni untuk beribadah kepadaNya. Selayaknyalah kita mengarahkan kehidupan kita sesuai dengan tujuan penciptaan kita yakni beribadah kepada Allah SWT.

Menurut para ulama fikih, pengertian ibadah merupakan bentuk pekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat. Secara bahasa, ibadah berasal dari kata 'abd yang artinya hamba.

Dalam syariah Islam, pengertian ibadah yang merupakan ketundukan atau ketaatan seorang hamba secara khusus kepada Allah diklasifikasikan menjadi beberapa macam ibadah.

Ibadah ini dibagi ke dalam tiga hubungan. Pertama, hablu minallah yakni hubungan dengan Allah terkait rukun iman dan Islam. Kedua hablu binafsihi yakni terkait makanan dan minuman, akhlak, pakaian. Ketiga hablu minannas yakni hubungan sesama manusia terkait dengan semua sistem kehidupan baik sosial, pendidikan, pergaulan, ekonomi, budaya, politik, pendidikan dan kesehatan.

Ketiga hubungan itu merupakan wujud penghambaan kita pada Allah SWT. Sehingga semua arah kehidupan kita hendaknya ditujukan ke dalam tiga hubungan tadi, agar kita selamat dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun