Makna:
Jika dilihat dari sisi peletakan, patung tersebut berada di antara gedung gedung tinggi yang diantaranya adalah, restoran, hotel, dan Bank. Patung yang diletakan pada sisi timur jl Mangkubumi dengan cara herizontal, memberikan kesan ketenangan, diam. Dengan posisi yang berdampingan dengan tiang-tiang bendera di sebelah selatan objek yang disusun berjejer vertikal memberikan kesan kuat, dengan demikian posisi patung peniti dapat di artikan menunjuk kearah tiang-tiang bendera yang jika diturut itu akan menuju arah ke Kraton Yogyakarta.
Penyatuan konotasi dan meta bahasa akan memberikan peluang untuk menghadirkan sebuah sistem atau petanda yang secara alami dilengkapi oleh sebuah kode ekstra-linguistik yang substansinya adalah obyek atau imaji. Kode sebagai sistem makna yang ketiga (makna luar) yang lengkap sebagai acuan dari setiap tanda (Barthes, 1974; 18-20) yang diantaranya ada lima jenis kode yaitu Hermeneutik, Narasi, Budaya, Semantik, dan Simbolik.
Pada karya Deddy Maryadi ini mengandung kode sosial yang dikemukakan oleh Barthes, yang pertama adalah kebudayaan. Mitos peniti yang berkembang di masyarakat Indonesia, pada ibu hamil biasanya diartikan untuk melindungi bayinya. Pada karya peniti raksasa yang menusuk ketiga pot tersebut diketahui mempunyai maksud untuk melindungi ketiga buah pohon didalam pot tersebut.
Yang kedua pada kode hermeneutik, sebuah teka-teki terkaan dari publik yang muncul ketika melihat karya tersebut. Jika dilihat dari tampilan visualnya, sebuah peniti yang biasanya berukuran kecil namun disitu dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk peniti besar, merupakan konotasi dari rakyat kecil yang ingin melindungi ketiga pohon tersebut.
Kode Simbolik yang ada pada karya tersebut ada pada peniti yang digunakan. Peniti berwarna silver atau abu-abu mengkilat menyimbulkan ketenangan, kebijaksanaan dan kerendah hatian.
Karya tersebut juga mengandung makna konotasi dari peniti yang merangkai menusuk tiga pot pohon yang disusun berhimpitan. Dapat diartikan bahwa rakyat sedang melindungi ketiga pohon yang biasanya ditanam di pinggir-pinggir jalan. Pohon disini dapat diartikan sebagai ruang publik atau ruang hijau yang ingin dilindungi oleh rakyat, yang secara secara langsung ini berhubungan dengan peraturan Bappeda yang merencanakan pembangunan pada tahun 2015 atau 2016 mendatang. Ditinjau dari tiga pohon yang ditusuk menggunakan peniti, tiga pohon tersebut dapat diartikan sebagai sistem pemerintahan trias politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu Legislatif (DPR), Eksekutif (presiden dan wakil presiden beserta menteri), dan Yudikatif (MA dan MK). Yang masing-masing mempunyai peran penting dalam tatanan negara.
Sehingga dapat disimpulkan, pada karya milik Deddy Maryadi yang berjudul “Menusuk Menyempit” dengan visual patung sebuah peniti raksasa yang didalamnya terdapat tiga buah pot pohon yang disusun berhimpitan. Bahwa rakyat ingin melindungi ruang publik atau ruang hijau yang keberadaannya semakin kritis. Melalui sistem pemerintahan trias politika tersebut, rakyat ingin mengandeng, mengajak, serta mengingatkan kepada anggota legislatif, Eksekutif dan Yudikatif bahwa ruang hijau patut untuk diselamatkan dan dilindungi. Disini Deddy Maryadi melalui karya seninya berperan sebagai jembatan rakyat dengan pemerintah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Seniman berharap keinginan rakyat dapat dipayungi oleh pemerintah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H