Mohon tunggu...
Lilis Nuraeni
Lilis Nuraeni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pahlawan dalam Era Digital

13 November 2017   06:43 Diperbarui: 13 November 2017   11:13 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memanggul senjata bertarung, berjibaku mempertahankan tanah air dalam kecamuk perang melawan penjajah adalah label untuk pahlawan bangsa. Termasuk di dalamnya orang-orang yang merumuskan, dan menyumbangkan pemikirannnya untuk mencari formula bagaimana caranya agar tanah air segera direbut kembali. Diplomasi-diplomasi digaungkan oleh diplomat-diplomat ulung lewat corong-corong perjanjian. Negosiasi alot pun berlangsung untuk mendapatkan posisi tawar agar Indonesia memiliki hak untuk menentukan dirinya sendiri .

Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan bahwa yang termasuk ke dalam katagori pahlawan adalah mereka yang pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam perjuangannya mereka tidak pernah menyerah pada musuh. Mereka melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya. Dalam ranah politik mereka yang pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan Negara. Temasuk yang pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi;, dan melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.

Konteks sematan pahlawan yang diperingati pada 10 November adalah para pahlawan Yang membela tanah air pada masa revolusi fisik. Berjibaku mengorbankan jiwa saat peristiwa sepuluh November untuk mempertahankan Indonesia. Masa perang telah lewat. Desing peluru, bombardier bom tak terdengar lagi. Situasi politk Indonesia saat ini dibandingkan dengan Negara lain cukup stabil. Masyarakat dapat beraktivitas, berkreasi memangoptimalkan potensinya dengan leluasa. Maka mobilitas vertical akan terus naik di tengah masyarakat.

Kini yang dihadapi bangsa, selain ketidakadilan, penjarahan uang rakyat, penyalahgunaan narkotika adalah perang melawan sesuatu yang absurd, berupa penggiringan opini, dan pembelokan ideology, bahkan upaya destruktif agar pola pikir jauh dari nilai-nilai bangsa akibat adanya hasil teknologi rekayasa manusiam seperti internet. Sedangkan teknologi internet diciptakan untuk kebaikan manusia, untuk menyederhanakan aktivitas pekerjaan agar lebih mudah dan cepat diselesaikan. Masyarakat dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan akses informasi, menghubungkan relasi kemanusiaan seperti silaturahmi, menyederhanakan aktivitas ekonomi, pendidikan, sosial, politik dsb.Hal-hal positif karena dampak iptek sangat besar, merubah peradaban dan wajah dunia menjadi lebih berwarna dan semarak. Relasi kemanusiaan lebih terjalin karena keterhubungan teknologi internet.

Seorang Allan Turing, pencipta komputer yang pertama kali mempunyai niat positif untuk mempermudah menyederhanakan aktivitas maunsia, juga misi menyelamatkan umat manusia dari amuk perang. Inggris sebagai tanah air Allan Turing sedang berada dalam cengkraman Jerman dalam perang dunia I saat itu. Bangsa Inggris termasuk sekutunya berada dalam nuansa tidak aman. Projek Komputer yang digagas Allan Turing dan disokong pemerintah Inggris berniat untuk mendeteksi rahasia strategi penyerangan Jerman terhadap Inggris dan sekutunya.
Keberhasilan Alan Turing dalam proyek komputernya berbanding lurus dengan menyelamatkan penduduk Inggris, terutama penduduk sipil yang tidak terkait langsung dengan kebijakan dan aktivitas perang.

Begitupun penerusnya Bill Gates, berniat sama, membantu manusia dalam seluruh aktivitasnya untuk mendapatkan kemudahan, mensejahterakan, memperpendek jarak interaksi, dan mendeteksi suatu resiko. Aplikasi software yang rumit diciptakannya, memberikan layanan berbagai kebutuhan manusia dalam segala aspek; administrasi, manajemen, ekonomi, pendidikan, pertanian, dirgantara dsb.
Muncul seorang muda brilian, Mark Zuckhenberg, mencipatakan aplikasi luarbiasa. Face book memberikan ruang keterhubungan atau interaksi manusia yang sebelumnya mustahil dapat dilakukan, menautkan kembali yang kehilangan jejak silaturahmi, memperluas jaringan ekonomi, promosi, bahkan kampanye politik untuk mendulang suara.

Mereka semua, Alan Turing, Bill gte dan Mark Zuckhrenberg adalah pahlawan-pahlawan era digital yang kontribusinya tidak hanya untuk Negara dan bangsanya tetapi juga untuk warga dunia. Mereka adalah milik peradaban dunia. Semua warga bumi merasakan manfaatnya tanpa terkecuali. Tak ada diskriminasi dalam pemanfaatanya. Semua dapat mengakes dengan dana yang terjangkau saat ini .

Indonesia memang tertinggal dalam penemuan dan penciptaan sarana digital ini, namun banyak anak-anak muda yang sudah melangkah jauh, mengasah kemampuannya menciptakan berbagai hasil kebudayaan semacam peralatan hidup yang berteknologi tepat guna. Di mulai dengan Habibie sang ahli dirgantara yang dikemudian menjadi pemimpin bangsa, dan pahlawan-pahlawan teknologi lainnya. Namun sayang apresiasi dari pihak terkait belum maksimal. Hasil penemuan itu akhirnya tenggelam dalam meja-meja berdebu eksperimen, bahkan mirisnya justru diakui di luar negeri.

Namun era digital karena temuan teknologi canggih ini menyisakan berbagai masalah antara lain maraknya pornografi, pemberitaan hoax, plagiarisme, penipuan, bahkan pelecehan seksual. Orang memang selalu mudah tergiring untuk menerima informasi negative dan berbuat negatif daripada sebaliknya. Karena menurut suatu teori bahwa otak kita cenderung lebih sensitif terhadap hal-hal negative. Maka apa yang tercetak di kepala adalah hal-hal yang negative terlebih dahulu daripada hal-hal positif.

Mengapa berpikir tentang efek negatif internet? Karena kita memang banyak yang tidak memakai internet untuk suatu tujuan. Mungkin 90% dari orang Indonesia mulai pakai internet karena tersedia secara gratis di kantor.
Artinya, kita punya sesuatu yang sejak awal kita tidak tahu manfaatnya. Kita punya bukan karena kita butuh. Benda itu ada, mulanya bukan atas kebutuhan kita.

Ketika orang-orang memasang internet di rumah, mereka juga tidak memikirkan untuk apa. Pokoknya pasang. Nah, barang yang ada tanpa tujuan, akhirnya memang membawa efek negatif. Karena sejak awal kita tidak punya tujuan untuk memanfaatkannya. Yang muncul hanyalah efek-efek yang tidak direncanakan.

Meskipun demikian, tetap efek negatif dari era digital ini harus menjadi kepedulian kita semua. Efek negative inyternet begitu mengkhawatirkan. Maka untuk menghalaunya membutuhkan orang-orang yang luarbiasa keberaniannya untuk melawan berhadapan dengan perang akibat ekses teknologi digital yang semakin masif. Orang-orang itu adalah yang berpandangan luas, kritis dan peduli terhadap nilai-nilai sejati kehidupan.
Efek negative digital ini nampaknya sekilas seperti sebuah kesenangan dan kenikmatan hidup era sekarang.

Pornografi sudah menjadi semacam sarana rekreasi pengantar aktivitas seksul. Dianut tidak oleh kaum abangan, bahkan kaum religius dan terpelajarpun kena imbasnya. Beberapa kasus menimpa kaum terdidik bahkan yang duduk dalam jabatan politik yang terhormat. Pemberitaan hoax pun tak hanya menimpa dan menggiring kalangan awam, namun juga menggiring opnini kelas terdidik elit. 

Parahnya opini berlatar hoax ini disampaikan ke publik. Plagiarisme sudah meracuni cara berpikir masyarakat. Neuron tak lagi diasah, literasi diabaikan untuk mendapatkan kemudahan dalam sebuah karya. Penghargaan terhadap karya cipta dan pemikiran orang lain dimusnahkan oleh kemudahan mengakses sebuah literature. Kejahatan ekonomi, jual beli mendapatkan ruangnya begitu luas, memungkinkan dengan gampang orang melakukan serangkaian kejahatan tanpa bersusah payah mengeluarkan intimidasi dan alat kekerasan. 

Begitupun kekerasan seksual menjadi begitu marak beriringan dengan mudahnya menggiring dan mengiming-iming perempuan dengan komunikasi rayuan yang melenakan tanpa bertatap muka.

Semua hal negative tersebut di atas memerlukan keberanian dari semua pihak untuk perang melawan efek negative dari teknologi digital ini . Orang tua, guru, tokoh masyarakat menyatukan diri untuk sama-sama membulatkan tekad memerangi efek yang luarbiasa dalam merubah pola masyarakat. Kita memang tidak mungkin tidak bersentuhan dengan sesuatu yang berbau digital, computer dan khususnya internet, sebab akan ketinggalan. Hanya dibutuhkan keberanian untuk memilah dan memilih yang sulit ini dengan betjibaku tak berhenti.

Orangtua di rumah, dan guru di sekolah mengawasi anak-anaknya tanpa jeda dan berhenti ketika anak-anak sedang mengakses internet. Pembatasan perlu dilakukan apabila memang sudah mengkahawatirkan. Tokoh masyarakat hendaknya senantiasa berlaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku agar tidak menimbulkan efek imitasi bagi masyarakat.

Maka orang tua, guru dan tokoh masyarakat jadilah pahlawan digital yang sesungguhnya untuk menangkal efek negative teknologi kekinian yang memang sangat dibutuhkan dalam penyederhanan, dan memudahkan aktivitas manusia.
Sebab itulah tujuan utama pencipta sekaligus pahlawan digital semacam Alan Turing, Bill Gate, dan Mark Zuckernberg yang sesungguhnya.

Selamat Hari Pahlawan

(Bumi Emas, 8 November 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun