Meskipun demikian, tetap efek negatif dari era digital ini harus menjadi kepedulian kita semua. Efek negative inyternet begitu mengkhawatirkan. Maka untuk menghalaunya membutuhkan orang-orang yang luarbiasa keberaniannya untuk melawan berhadapan dengan perang akibat ekses teknologi digital yang semakin masif. Orang-orang itu adalah yang berpandangan luas, kritis dan peduli terhadap nilai-nilai sejati kehidupan.
Efek negative digital ini nampaknya sekilas seperti sebuah kesenangan dan kenikmatan hidup era sekarang.
Pornografi sudah menjadi semacam sarana rekreasi pengantar aktivitas seksul. Dianut tidak oleh kaum abangan, bahkan kaum religius dan terpelajarpun kena imbasnya. Beberapa kasus menimpa kaum terdidik bahkan yang duduk dalam jabatan politik yang terhormat. Pemberitaan hoax pun tak hanya menimpa dan menggiring kalangan awam, namun juga menggiring opnini kelas terdidik elit.Â
Parahnya opini berlatar hoax ini disampaikan ke publik. Plagiarisme sudah meracuni cara berpikir masyarakat. Neuron tak lagi diasah, literasi diabaikan untuk mendapatkan kemudahan dalam sebuah karya. Penghargaan terhadap karya cipta dan pemikiran orang lain dimusnahkan oleh kemudahan mengakses sebuah literature. Kejahatan ekonomi, jual beli mendapatkan ruangnya begitu luas, memungkinkan dengan gampang orang melakukan serangkaian kejahatan tanpa bersusah payah mengeluarkan intimidasi dan alat kekerasan.Â
Begitupun kekerasan seksual menjadi begitu marak beriringan dengan mudahnya menggiring dan mengiming-iming perempuan dengan komunikasi rayuan yang melenakan tanpa bertatap muka.
Semua hal negative tersebut di atas memerlukan keberanian dari semua pihak untuk perang melawan efek negative dari teknologi digital ini . Orang tua, guru, tokoh masyarakat menyatukan diri untuk sama-sama membulatkan tekad memerangi efek yang luarbiasa dalam merubah pola masyarakat. Kita memang tidak mungkin tidak bersentuhan dengan sesuatu yang berbau digital, computer dan khususnya internet, sebab akan ketinggalan. Hanya dibutuhkan keberanian untuk memilah dan memilih yang sulit ini dengan betjibaku tak berhenti.
Orangtua di rumah, dan guru di sekolah mengawasi anak-anaknya tanpa jeda dan berhenti ketika anak-anak sedang mengakses internet. Pembatasan perlu dilakukan apabila memang sudah mengkahawatirkan. Tokoh masyarakat hendaknya senantiasa berlaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku agar tidak menimbulkan efek imitasi bagi masyarakat.
Maka orang tua, guru dan tokoh masyarakat jadilah pahlawan digital yang sesungguhnya untuk menangkal efek negative teknologi kekinian yang memang sangat dibutuhkan dalam penyederhanan, dan memudahkan aktivitas manusia.
Sebab itulah tujuan utama pencipta sekaligus pahlawan digital semacam Alan Turing, Bill Gate, dan Mark Zuckernberg yang sesungguhnya.
Selamat Hari Pahlawan
(Bumi Emas, 8 November 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H