Dengan menurunnya konsumsi, pendapatan negara dari pajak, terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN), juga akan terpengaruh. Semakin rendah jumlah pembelian barang dan jasa, semakin kecil pula penerimaan PPN yang diterima pemerintah. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menghambat kemampuan negara untuk membiayai program pembangunan atau layanan publik.
3. Tekanan pada Kebijakan Pemerintah
Gerakan frugal living yang masif juga dapat menjadi bentuk tekanan sosial kepada pemerintah. Ketika masyarakat secara kolektif mengurangi konsumsi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan ekonomi, seperti kenaikan pajak atau harga barang pokok, pemerintah akan lebih terdorong untuk mengevaluasi kebijakannya dan mencari solusi yang lebih berpihak kepada masyarakat.
Manfaat Penerapan Frugal Living Terhadap Kebutuhan Finansial
Meskipun gerakan frugal living ini muncul sebagai aksi protes untuk menentang kenaikan PPN, pada kenyataannya konsep ini juga membawa manfaat positif, terutama bagi mereka yang ingin menjalani hidup dengan lebih hemat.
Mengadopsi gaya hidup frugal living dapat meningkatkan kesadaran terhadap pengelolaan keuangan. Dengan lebih bijak mengatur pengeluaran, individu cenderung mengurangi utang konsumtif sekaligus meningkatkan tabungan atau investasi. Dalam jangka panjang, langkah ini berpotensi menciptakan kestabilan finansial pada tingkat pribadi.
Cara Menerapkan Konsep Frugal Living
Bagi yang ingin mulai menerapkan gaya hidup frugal living, baik sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah maupun untuk tujuan pribadi seperti mengelola keuangan dengan lebih bijaksana, berikut adalah beberapa langkah yang bisa diikuti.
1. Evaluasi dan Prioritaskan Pengeluaran
Langkah pertama adalah mengevaluasi pengeluaran. Identifikasi mana yang termasuk kebutuhan utama dan mana yang hanya sekadar keinginan. Fokuskan anggaran pada kebutuhan pokok seperti makanan, kesehatan, pendidikan, dan biaya pajak itu sendiri.
2. Optimalkan Anggaran dengan Sistem 50/30/20