Perkembangan teknologi saat ini menawarkan beragam pilihan, termasuk dalam metode persalinan. Selain metode persalinan normal atau caesar yang sudah umum, teknik water birth, seperti yang dilakukan oleh aktris Nikita Willy saat menyambut kelahiran anak keduanya, kerap menjadi pertimbangan para ibu karena diyakini memberikan kenyamanan lebih dan membantu mengurangi rasa sakit.
Teknik ini dilakukan dengan ibu melahirkan di dalam air hangat yang dipercaya membantu meredakan ketegangan otot dan memberikan kenyamanan selama proses persalinan. Meski terdengar menjanjikan, water birth juga memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menjalaninya.
Apa Itu Water Birth?
Water birth adalah proses melahirkan yang dilakukan di dalam kolam berisi air hangat. Air hangat dipercaya dapat membantu tubuh ibu lebih rileks, mengurangi rasa sakit, dan mempercepat proses persalinan. Bayi yang lahir di dalam air dianggap lebih mudah beradaptasi karena transisi dari cairan ketuban ke air kolam lebih alami.
Risiko Water Birth yang Mengintai
Walau begitu, water birth ternyata memiliki beberapa risiko yang mungkin bisa membahayakan bayi dan sang ibu. Teknik ini bahkan tidak direkomendasikan oleh Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Menurut dokter spesialis kandungan, dr. Ivander R. Utama, F.MAS. Sp.OG, M.Sc, teknik ini tidak disarankan karena dilatarbelakangi oleh meningkatnya kasus komplikasi pada bayi dan ibu.
"Sehingga akhirnya dari perhimpunan dokter-dokter obgyn Indonesia itu melarang untuk melanjutkan tindakan atau mempraktekkan prosedur water birth di Indonesia," ucapnya seperti yang dikutip dari Tribunnews.
Lebih lanjut, dirinya menyebutkan sejumlah komplikasi yang mungkin terjadi saat ibu melahirkan dengan teknik water birth, seperti:
1. Infeksi pada Ibu dan Bayi
Air kolam yang digunakan untuk persalinan harus sangat steril. Jika kebersihannya tidak terjaga, risiko infeksi dapat meningkat, baik untuk ibu maupun bayi. Bakteri atau kuman yang ada di air dapat masuk ke tubuh ibu melalui luka setelah persalinan atau ke bayi melalui mulut dan hidung.
2. Kesulitan dalam Penanganan Darurat
Jika terjadi komplikasi saat persalinan, seperti perdarahan hebat atau bayi kesulitan bernapas, proses evakuasi dari kolam ke tempat penanganan darurat dapat memakan waktu berharga. Hal ini berpotensi memperburuk kondisi ibu atau bayi.
3. Kemungkinan Aspirasi Air oleh Bayi
Pada beberapa kasus, bayi dapat secara tidak sengaja menghirup air saat lahir, yang dikenal dengan istilah aspirasi. Ini bisa menyebabkan masalah serius pada paru-paru bayi.
4. Hipotermia pada Bayi
Jika suhu air tidak terjaga dengan baik, bayi berisiko mengalami hipotermia akibat paparan suhu air yang terlalu dingin setelah lahir.
5. Komplikasi Tali Pusar
Water birth juga dapat meningkatkan risiko komplikasi terkait tali pusar, seperti putusnya tali pusar sebelum waktunya atau tersangkutnya tali pusar selama proses persalinan.
Dr. Ivander turut menjelaskan penerapan teknik melahirkan ini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Di sana, water birth hanya diizinkan untuk ibu dengan kehamilan yang normal, tanpa adanya komplikasi, penyulit, atau risiko signifikan.Â
Dengan kata lain, tidak semua ibu bisa menjalani metode ini, karena diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan kondisinya mendukung. Hal ini disebabkan karena water birth memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan metode persalinan konvensional.
Water birth memang menawarkan pengalaman persalinan yang berbeda dan lebih tenang, namun risiko yang menyertainya tetap harus dipertimbangkan dengan serius.Â
Jadi, jika ada keinginan untuk melakukan teknik ini, pastikan untuk mempertimbangkannya dengan matang. Prioritaskan keselamatan ibu dan bayi di atas segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H