Air kolam yang digunakan untuk persalinan harus sangat steril. Jika kebersihannya tidak terjaga, risiko infeksi dapat meningkat, baik untuk ibu maupun bayi. Bakteri atau kuman yang ada di air dapat masuk ke tubuh ibu melalui luka setelah persalinan atau ke bayi melalui mulut dan hidung.
2. Kesulitan dalam Penanganan Darurat
Jika terjadi komplikasi saat persalinan, seperti perdarahan hebat atau bayi kesulitan bernapas, proses evakuasi dari kolam ke tempat penanganan darurat dapat memakan waktu berharga. Hal ini berpotensi memperburuk kondisi ibu atau bayi.
3. Kemungkinan Aspirasi Air oleh Bayi
Pada beberapa kasus, bayi dapat secara tidak sengaja menghirup air saat lahir, yang dikenal dengan istilah aspirasi. Ini bisa menyebabkan masalah serius pada paru-paru bayi.
4. Hipotermia pada Bayi
Jika suhu air tidak terjaga dengan baik, bayi berisiko mengalami hipotermia akibat paparan suhu air yang terlalu dingin setelah lahir.
5. Komplikasi Tali Pusar
Water birth juga dapat meningkatkan risiko komplikasi terkait tali pusar, seperti putusnya tali pusar sebelum waktunya atau tersangkutnya tali pusar selama proses persalinan.
Dr. Ivander turut menjelaskan penerapan teknik melahirkan ini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Di sana, water birth hanya diizinkan untuk ibu dengan kehamilan yang normal, tanpa adanya komplikasi, penyulit, atau risiko signifikan.Â
Dengan kata lain, tidak semua ibu bisa menjalani metode ini, karena diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan kondisinya mendukung. Hal ini disebabkan karena water birth memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan metode persalinan konvensional.