Mohon tunggu...
Lilis Nur Mukhlisoh
Lilis Nur Mukhlisoh Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Simple is best

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Post-Graduate Syndrome: Masalah Kesehatan Mental yang Bidik Para Fresh Graduate

15 Oktober 2024   16:24 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fresh graduate dalam fase post-graduate syndrome (dok. Rattankun Thongbun via stockphoto)

Pada dasarnya, mahasiswa memiliki sebuah tujuan yang sama, yaitu dinyatakan lulus dari kampus tempat mereka menimba ilmu. Hal ini karena saat mereka dinyatakan lulus, mereka dianggap telah memenuhi kualifikasi atas studinya dan kemudian bersiap untuk masuk ke jenjang selanjutnya yaitu dunia kerja. 

Namun, tak sedikit juga dari para mahasiswa yang merasa cemas dan khawatir dengan momen peralihan antara kuliah dan bekerja ini. Hal ini dikenal dengan istilah post-graduate syndrome.

Dilansir dari Psychology Today, post-graduate syndrome merupakan suatu istilah yang merujuk pada kondisi seseorang yang mengalami stres karena merasa belum mampu untuk menghadapi tuntutan hidup yang berbeda pasca lulus dari bangku perkuliahan. 

Pada saat seseorang lulus dari SD, mereka telah mempunyai tujuan yaitu masuk ke SMP. Begitu juga saat lulus dari SMP kemudian berlanjut ke SMA dan dari SMA berlanjut ke kuliah. Akan tetapi, situasi saat lulus dari kuliah nyatanya berbeda saat berada di jenjang sekolah.

Merasa tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya, ketakutan tidak mendapatkan pekerjaan, hingga tekanan dari orang di sekitar untuk memiliki kehidupan yang mapan kemudian menjadi beberapa penyebab para fresh graduate terjebak dalam kondisi post-graduate syndrome. 

Ditambah hadirnya pandemi COVID-19 yang kemudian memperparah rasa insecure para fresh graduate. Hal ini karena maraknya para pekerja yang di PHK pada masa pandemi COVID-19. Akibatnya, kompetitor dalam mencari pekerjaan semakin bertambah besar dan lowongan pekerjaan yang tersedia pun semakin menipis.

Namun, post-graduate syndrome bukanlah suatu hal yang tak dapat dilewati. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk terbebas dari kondisi ini. Dikutip dari Psychology Today, inilah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi post-graduate syndrome.

1. Hadapi kesulitan dengan kenali diri lebih dalam

Mengenali diri sendiri merupakan salah satu upaya untuk melewati fase post-graduate syndrome. Karena apabila seseorang sadar bahwa dirinya sedang mengalami fase ini, ia akan berupaya untuk mengatasinya. 

Hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengetahui kelebihan diri sendiri yang dapat bermanfaat untuk bekerja, mencari tahu kelemahan yang dimiliki agar dapat melakukan pembenahan diri, dan mencari tahu minat karir ke depannya.

2. Apresiasi pencapaian yang telah diraih 

Selain mengenali diri sendiri, mengapreasi pencapaian yang telah dicapai juga merupakan salah satu upaya untuk membantu para fresh graduate lepas dari post-graduate syndrome. Dengan mengapresiasi achievement yang telah diraih, seseorang akan semakin menghargai dirinya sendiri dan mengetahui value dari dirinya. 

Apresiasi ini dapat dilakukan dengan cara menuliskan berbagai prestasi yang telah diraih baik yang bersifat personal maupun profesional.

3. Mendatangi tenaga kesehatan profesional untuk meminta bantuan

Tidak semua orang dapat mengatasi masalahnya sendiri dan kemudian membutuhkan bantuan. Jika kondisi post-graduate syndrome ini dirasa sulit untuk diatasi, para fresh graduate dapat mendatangi para tenaga kesehatan profesional seperti psikolog untuk meminta bantuan. 

Hal ini tentunya harus dibarengi dengan kualitas dan kuantitas yang mumpuni dari para tenaga kesehatan profesional agar para fresh graduate yang mendatangi para tenaga kesehatan profesional tersebut dapat mengatasi masalah yang mereka miliki.

Selain itu, penyebaran tenaga kesehatan profesional juga harus dilakukan secara merata. Hal ini harus dilakukan agar para fresh graduate dan orang lain yang membutuhkan akses tenaga kesehatan profesional dapat menjangkaunya dengan lebih mudah. 

Penempatan para psikolog dan psikiater di klinik atau puskesmas di berbagai daerah sekiranya akan mampu meringankan beban mereka yang membutuhkan bantuan dari para tenaga kesehatan profesional ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun