Bahan Serundeng:
- 1 butir kelapa parut kasar
- 3 siung bawang putih, haluskan
- 5 siung bawang merah, haluskan
- 3 lembar daun salam
- 2 batang serai, memarkan
- 1 sendok makan ketumbar, haluskan
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula merah, serut
- 1 sendok makan air asam jawa
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
Cara Membuat Ketan Bintul:
Langkah 1: Mengukus Ketan
- Rendam Beras Ketan: Rendam beras ketan yang sudah dicuci bersih selama 4 jam. Setelah direndam, tiriskan dan kukus ketan selama 15 menit.
- Masak Santan: Sambil menunggu ketan dikukus, panaskan santan bersama dengan garam dan daun pandan. Aduk terus hingga mendidih dan harum. Pastikan santan tidak pecah.
- Campur Ketan dan Santan: Setelah ketan dikukus, angkat dan tuang ke dalam wadah besar. Siramkan santan yang telah dimasak secara perlahan ke atas ketan sambil diaduk perlahan agar santan meresap sempurna. Kukus kembali ketan selama 20 menit hingga matang dan lembut.
Langkah 2: Membuat Serundeng
- Tumis Bumbu Halus: Panaskan minyak dalam wajan, kemudian tumis bawang putih, bawang merah, ketumbar, daun salam, dan serai hingga harum dan matang.
- Masukkan Kelapa Parut: Tambahkan kelapa parut kasar ke dalam wajan dan aduk hingga rata dengan bumbu. Masak dengan api kecil sambil terus diaduk agar kelapa tidak gosong.
- Tambahkan Bumbu Lain: Masukkan garam, gula merah, dan air asam jawa. Aduk hingga semua bumbu merata dan kelapa berwarna kecokelatan. Masak hingga serundeng kering dan beraroma harum.
Langkah 3: Penyajian
- Sajikan Ketan: Ambil ketan yang sudah matang dan bentuk sesuai selera, bisa dipotong-potong atau dibentuk bulat.
- Taburi Serundeng: Taburkan serundeng kelapa di atas ketan yang sudah dibentuk tadi. Pastikan serundeng menyelimuti ketan dengan merata agar rasanya semakin lezat.
- Siap Disajikan: Ketan bintul siap disajikan. Untuk menambah cita rasa gurih, hidangkan juga bersama kuah gulai atau rendang.
Dibalik tampilannya yang terkesan sederhana, tak dapat dipungkiri jika ketan bintul memiliki cita rasa yang luar biasa, sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat Banten dari waktu ke waktu. Sejarah yang melekat pada hidangan ini juga sangat berharga, membuatnya penting untuk terus dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!