Mohon tunggu...
Lilis Mastul
Lilis Mastul Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, yang ceria, semangat dan kekinian

seorang istri dan ibu dari dua orang putra

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Banjir (kok) Langganan

15 Februari 2022   12:19 Diperbarui: 15 Februari 2022   12:27 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengabdi sebagai seorang pengajar sejak dari tahun 2000, saya sangat mencintai dan menyukai anak-anak. dunia anak-anak sangat penuh warna, natural, polos tanpa ada yang membebani. Maka dari itu ketika saya mengajar saya merasa bukan sedang bekerja, tetapi sedang berkumpul dan bermain dengan mereka. lingkungan kerja yang sangat kekeluargaan, saling melengkapi, walaupun tidak dapat dihindari pasti ada saja masalah atau beda pendapat dalam berbagai hal. tetapi semua situasi tersebut selalu dapat kita selesaikan dengan baik.

Tahun 2015 adalah tahun dimana saya harus meninggalkan tempat tugas saya yang lama, saya harus mutasi ke tempat yang baru. karena masa kerja saya sudah 10 tahun lebih, maka untuk penyegaran dan pengalaman baru, saya menerima mutasi ketempat yang baru tersebut.

Situasi sekolah tempat tugas baru saya tersebut, cukup penuh tantangan. lokasinya berada ditengah-tengah pemukiman warga yang cukup padat. bila sekilas dilihat dan sebagai orang yang baru pertama ke lokasi tersebut maka kita tidak akan menyadari bahwa ditengah-tengah lingkungan tersebut terdapat sebuah bangunan sekolah. 

Lokasi sekolah cukup dekat dengan terminal dan pelabuhan. jadi tidak heran sebagian besar masyarakatnya bekerja diterminal atau dipelabuhan. ada yang bekerja sebagai buruh harian, ada yang bekerja sebagai buruh angkut barang dari terminal ke kapal. ada yang bekerja sebagai pengurus truk dan lain sebagainya.

Disekolah ini rata-rata para orang tuanya ekonomi menengah kebawah.

Tidak terasa sudah hampir satu tahun saya ditempat yang baru, saya bersosialisasi dan semua berjalan dengan baik. sampai pada suatu hari kejutan buat saya yang membuat saya cukup terkejut. ketika saya sampai di gang menuju sekolah, terlihat masyarakat sekitar sedang sibuk mengangkat berbagai jenis barang-barang dan perabot rumah tangga. terlihat genangan air setinggi lutut orang dewasa. saya segera mematikan mesin motor saya. terkejut dan agak bingung bagaimana saya harus melewati genangan air tersebut.

Bu guru jangan lewat gang sini, mending lewat gang yang satunya, sebuah suara memberikan saran

Banjir ya pak, tanyaku 

Iya bu guru, kedalam malah lebih tinggi airnya, motor engga bisa lewat bakal mati mesin, jelas  bapak tersebut.

Akhirnya atas saran dari warga tersebut, saya putar arah. walaupun tetap saja lingkungan disekitar sekolah rata terendam banjir. tapi lumayanlah tidak terlalu tinggi, masih dibawah knalpot motor. 

 saya ikut memarkirkan  motor didepan rumah salah seorang oranga tua siswa yang halaman rumahnya agak tinggi dan  tidak terlalu terendam banjir. 

Disini mah biasa bu guru, udah langganan banjir, kalo hujan dari malem pasti banjir, ucap si ibu sambil mendekati saya

Memang disini sering terjadi banjir ya bu, tanyaku penasaran

Iya bu guru, malah tiap tahun kalo banjir.

Saya melepas sepatu dan menggulung celana, berharap tidak terlalu basah,hehe... tapi ternyata sepanjang jalan menuju kesekolah sudah tergenang air setinggi betis orang dewasa. hajar, terabas genangan air.

Sampai didepan pintu gerbang sekolah, ternyata genangan air pun sudah menggenangi seluruh ruangan. ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah. woooww sudah terbayang kerja ekstra yang harus kami lakukan untuk membersihkannya.

Para guru dan siswa masing-masing dengan sigap sudah memegang peralatan untuk membersihkan genangan air banjir ini.

Agak membutuhkan tenaga ekstra untuk membersihkannya, air tidak bisa didorong keluar, karena posisi bangunan sekolah lebih rendah, jadilah kami harus membuang airnya dengan gayung atau ember.

Rasanya tidak cukup tiga hari membersihkan semua. tapi karena sudah terbiasa maka yang ada adalah mengerjakan dengan semangat, riang dan bahkan penuh canda tawa.

Sebetulnya sudah banyak rencana dan solusi dari instansi terkait, berkenaan dengan sekolah ini, dari akan di dak, direlokasi bahkan akan dilakukan pengurukan agar lebih tinggi. tetapi rencana tersebut belum ada satu pun yang terealisasi. mungkin karena memang lokasinya yang cukup sulit.

Kepala sekolah pun sudah melakukan sharing kepada para pihak terkait agar ada solusi yang terbaik. agar siswa dapat belajar dengan tenang dan tidak harus khawatir ketika musim hujan datang.

Saya dan seluruh guru-guru sangat berharap ada solusi yang segera terealisasi. demi kelancaran pembelajaran, situasi yang nyaman, kondisi yang layak anak sehingga setiap materi yang tersampaikan dapat maksimal.

Saat ini sudah tahun 2022 tapi belum ada kabar gembira, saya dan rekan-rekan guru masih setia menunggu, menanti dan berharap hal-hal yang baik segera terealisasi. untuk sekolah kami, demi siswa siswi kami.

Tetap semangat, tetap berharap solusi indah terealisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun