Mohon tunggu...
lilis herawati
lilis herawati Mohon Tunggu... Guru - guru ( Literasi ilmu dan menambah persahabatan)

Pengalaman adalah guru yang paling baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat dari Pohon Tumbang

1 Januari 2023   15:11 Diperbarui: 2 Januari 2023   07:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini sangat cerah, mendung sudah  berlalu sejak tadi subuh,  berganti dengan sinar matahari yang menyinari dengan terang, ternyata ia menepati janjinya untuk menemui makhluk bumi pagi ini . Andi baru saja terbangun dari  tidurnya setelah semalaman begadang mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen di kampusnya. Ia  tidur lagi setelah sholat subuh.

"Haah..."

Andi merentangkan tangannya dengan nikmat, rasanya jadi segar dan ingin melakukan aktifitas.

"Andiii...Andiii..."

Suara ibu kos mengetuk pintu, membangunkannya untuk keluar, rupanya ada barang yang datang kemarin siang, baru diberikannya hari ini.

"OOh.., terima kasih bu..."

Ibu kos pun cepat berlalu, ia tidak ingin berlama-lama melihat anak ini dalam keadaan belum mandi.

Andi tidak sabar membuka kotak itu, ternyata isinya adalah makanan kesukaannya dari mamahnya yang berada di Bandung.  Andi sangat senang dengan kiriman itu.

"Alhamdulllaah, bisa juga aku makan ini, bukan hanya adikku saja yang kenyang aku pun mau lah memakannya".

Gumamnya dalam hati.

"Woow, ternyata ada suratnya.."

Bisik  Andi dalam hati, lalu dibukanya surat itu. Isinya pasti sama, itu dari mamahnya, rajin belajar, rajin sholat dan berdoa supaya cita-cita berhasil. Satu lagi yang selalu dipesankan oleh mamahnya itu harus bersedekah rutin, meski seribu rupiah sehari. 

"Iyalah mah, iyalah mah, pasti itu..."

Bisiknya dalam hati.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering, dengan cepat ia mengambilnya, ternyata benar wajah mamah dan adiknya sudah muncul di monitor hp. 

"Haaii...dek, mah Assalaamua'laikum..."

Sapanya ramah, padahal penampilannya masih kusut karena belum mandi.

"MasyaAllah Andiii...belum mandi jam segini, memangnya ke kampus jam berapa?".

Tanya mamahnya agak keras terdengar.

"Santai mah aku masuk jam sebelas"

Andi membalas pertanyaan mamahnya.

"Kak, disitu hujan enggak?".

Adeknya Rina bertanya sambil memegang piring dan mengunyah makanan.

"Kemarin seharian hujan sampai subuh, hari ini terang dek"

jawab Andi datar sedang tangannya mencoba membuka bungkus makanan yang diterima tadi.

"Kemana-mana jangan lupa bawa jas hujan, pakai jaket"

Seperti biasa mamah Andi memberi instruksi yang berulang tentang itu, Andi pun menjawab dengan santai, "oke boss".

 ********************

Andi sudah siap dengan perlengkapannya untuk pergi ke Kampus, ia sudah memanaskan motornya tadi pagi. Tapi ada yang terlewat belum menggunakan minyak wangi kesukannanya, dibukanya lemari pakaian tapi tidak ketemu.  Akhirnya ia mencari di tumpukan buku yang selalu menghiasi lemari bajunya bagian atas, tiba-tiba ada bunyi.

"Kelentreng...."

Sebuah benda dari bahan kaleng berbentuk silinder bekas makanan ringan. Andi pun mengambilnya. Rupanya tabungannya yang sudah lama tidak dibuka. Waktu ke pukul sebelas masih satu setengah jam lagi. Ia penasaran dengan isinya, dihitungnya tabungan itu, jumlahnya cukup lumayan dua ratus tiga puluh ribu rupiah. Hatinya senang, timbul keinginannya membeli sesuatu. Angan-angannya terbang ke sebuah toko dimana di sana ada jaket bagus dengan motif kesukaannya.  Ia pun menyimpan uang itu dalam sakunya.

********************

Andi memberhentikan motornya, ia melihat seorang bapak sedang memungut barang-barang dagangannya yang berhamburan. Karena menghalangi jalannya menuju pulang ke rumah, ia pun membantu bapak itu membereskan barang dagangannya. Untung dagangannya bukan makanan, jadi masih dapat diselamatkan. 

"Kenapa pak, kok bisa jatuh?"

Andi bertanya sambil memungut ember plastik ukuran sedang, menambatkanya kembali di tempatnya  dalam gerobak bapak penjual itu.

"Ini bang, ada jalan berlubang enggak kelihatan, jadi gerobak bapak oleng"

Bapak itu mencoba menjelaskan

"Hati-hati ya pak"

Andi menjawab  singkat, lalu ia pun bersiap akan melanjutkan perjalananya pulang ke rumah, baru beberapa langkah bapak penjual barang itu melangkah, tiba-tiba ia terjatuh dan pingsan.

Kehebohan pun terjadi, Andi tidak bisa membantunya sendiri, ia meminta tolong kepada orang di sekelilingnya. Untung ada orang yang mengenal bapak penjual ini, kemudian diantarkan  pulang ke rumahnya.

Andi sangat tercengang dan teriris hatinya, ternyata bapak penjual ini memilki  5 orang anak , dua diantaranya sedang terbaring sakit. Rasa empatinya pun timbul, ia ingat pesan mamahya untuk bersedekah, akhirnya uang tabungan itu diberikan seluruhnya ke bapak penjual kelontong in.

Keluarga itu sangat bahagia sekali menerima pemberian Andi, karena sejak tadi pagi mereka belum ada makanan yang bisa disantap, sedangkan anaknya yang sakit memerlukan makanan dan obat-obatan untuk cepat memulihkan kesehatannya. Ditambah lagi bapaknya pulang dalam keadaan pingsan,  menambah kepedihan keadaan mereka.

Adanya pemberian dari Andi  merupakan hal  yang sangat berharga dan berarti karena keadaan mereka memang sangat membutuhkan pertolongan.

 **********************

Cuaca sangat mendung dan akhirnya hujan lebat, Andi tidak memberhentikan motornya, ia merasa tanggung kalau berhenti karena jarak ke tempat kosnya tinggal beberapa ratus meter lagi.  Dengan yakin ia melajukan motornya, tak disangka ketika Andi melewati sebuah pohon besar hampir saja ia tertimpa, namun beruntung pohon yang tumbang itu tidak mengenai motornya apalagi melukai badannya.

Pengendara yang berada di sekitar daerah  tersebut menjerit, "awaaas..", namun Andi tidak menyadari hal itu, ia menjalankan motornya dengan yakin. 

Setelah beberapa saat terdengar "Braaakk..", baru ia berhenti dan melihat ke belakang, ternyata ia baru saja selamat dari bahaya pohon tumbang.

Terima kasih sudah membaca...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun