Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semoga Berjodoh, Aamiin (1)

29 Oktober 2022   10:20 Diperbarui: 29 Oktober 2022   10:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain nyanyi-nyanyi ringan, kami juga kadang sama-sama mengerjakan PR bareng. Bonusnya ngobrol tentang isi hati masing-masing. Jam 9 harus sudah pulang. Untungnya Arman orangnya baik banget, gak ada watak untuk sanggup nyakitin perempuan. Kalem, dewasa, ngemong. Yang pasti soleh orangnya. Ngerti banget kalau aku sangat manja. Maklum anak satu-satunya. 

Malang tak bisa ditolak, nasib tak bisa dihindari. Suatu hari peristiwa buruk terjadi menimpa keluarga Arman. Ayah Arman yang hanya seorang karyawan biasa mendapat kecelakaan. Ayah Arman meninggal. Arman sebagai anak pertama menjadi tulang punggung keluarga. Yang tadinya sudah janjian sama sahabat hatinya, Nuri, akan kuliah bareng di mana pun. Tapi takdir berkata lain. Selulusnya dari SMA, Arman tidak bisa melanjutkan kuliah karena dia merasa tidak mampu membiayai sendiri apalagi ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga.  Mau gak mau Arman harus bisa mengurusi ibu dan adiknya yang masih kecil, SMP kelas 3 dan SD kelas 6. Dari pada adiknya yang harus putus sekolah, lebih baik dia yang tidak usah kuliah. Walaupun harus berpisah dengan Nuri, sahabat hatinya. Dia rela walaupun harus sakit. Dia sadar dengan keadaan seperti ini, pastinya keluarga Nuri gak setuju kalau anaknya menikahi lelaki yang berat tanggung jawabnya. Arman harus siap merelakan Nuri dengan orang lain yang dapat lebih membahagiakannya.

Arman sudah jarang main ke rumahnya Nuri. Sekarang lebih banyak waktunya dia gunakan untuk mencari kerja, apa saja yang penting halal sebelum mendapatkan pekerjaan tetap dan penghasilannya cukup untuk menafakahi ibu dan adik-adiknya.

"Ya Allah, kenapa susah sekali nyari kerja itu. Tolong Ya Allah. Aku sudah lelah mencari kerja ke sana kemari, sementara ibu dan adik-adik saya memerlukan bantuan dariku. Mudahkanlah jalanku Ya Allah. Agar keluargaku dicukupkan." Arman berdoa tak henti-henti sambil berjalan ke sana kemari mencari kerja.

"Eh, .... Arman ya? Mau ke mana? Kuliah di mana kamu Man?" kata seseorang yang selisih jalan dengan Arman.

"Eh, .... Pak Guru. Iya ini Arman, Pak Guru. Ini saya lagi mencari kerja. Tapi belum ada yang nyangkut. Ngelamar sudah ke beberapa perusahaan. Gak tahu belum ada lowongan kayaknya. Padahal saya kerja apa saja gak apa-apa. Yang penting ada penghasilan," jawab Arman panjang lebar setengah curhat.

"Oh, gitu. Mau gak kalau bapak bawa ke sekolah bapak. Kebetulan lagi butuh karyawan untuk bagian kebersihan sekolah. Kasihan Mang Jaja gak ada temennya. Kalau kamu mau hayu ikut bapak." Keterangan pak gurunya Arman membuat cuaca sedikit terang.

Gak pikir panjang Arman langsung balik kanan mengkuti gurunya untuk mendapatkan kesempatan kerja sebagai tenaga kebersihan di sekolah tempat ia dulu sekolah sewaktu SMP.

***

Nuri yang diterima di UNPAD jurusan Psikologi, sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan kampus barunya. Maklum orang tua Nuri memang orang berada, dan kebetulan anak cuma satu-satunya. Kemungkinan untuk maju dalam pendidikan tidak diragukan lagi. Sudah cantik, menarik, ramah, dan pinter pula. Pokoknya ini anak gak ada cacatnya.  Nuri sudah punya kesibukan sendiri sehingga yang namanya pulang kampung ke Desa Sukajaya sudah jarang. Seringnya orangtuanya yang menjenguk Nuri ke Bandung. Sudah tak ada lagi sepasang anak muda yang setiap malam minggu nongkrong di teras rumah dengan kemesraannya yang kadang-kadang membuat iri setiap yang lewat.

Arman sudah bahagia dengan pekerjaannya walaupun hanya sebagai tenaga kebersihan sekolah. Yang terpenting adiknya masih bisa meneruskan sekolah dan ibunya bisa mengerjakan kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Ada sekali waktu ibunya mengutarakan niatnya untuk membantu mencari nafkah, supaya Arman tidak terlalu terbebani dengan kebutuhan rumah dan adik-adiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun