Kualitas seorang muslim sendiri tidak hanya ditentukan dari segi fisik, intelek, dan lingkungan, tetapi juga ditentukan oleh kualitas akidah yang tertanam kuat dalam dirinya. Oleh karena itu, keimanan seorang individu ialah kunci kualitas yang akan mempengaruhi cara ia bekerja, belajar, mencari jawaban tugas sekolah, menjalankan kekuasaan, berteman, dan sebagainya. Dengan itu, seorang muslim yang mampu menanamkan iman pada dirinya akan senantiasa terhindar dari perilaku buruk, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, menyontek, membohong, menuduh orang lain, dan perilaku buruk lainnya yang merugikan sesama dan bahkan mendatangkan dosa baginya.
3. Tidak Putus Asa
Seorang muslim yang senantiasa menancapkan akidah dalam dirinya tidak mudah menyerah, menyalahkan, bahkan berburuk sangka kepada Allah Swt. Melainkan ia akan berdoa dan meminta pertolongan atas cobaan hidup ini dengan selalui bertawakal. Selain itu, ia juga akan berusaha dan tidak kenal lelah untuk terus mencoba atau bahkan mencari jalan lain dengan selalu berikhtiar.Â
Sesungguhnya Allah Swt ialah Maha Adil yang tidak memilah dan memilih kepada siapa akan membebani ujian dan cobaan. Maka itu, kokohnya iman, lurusnya ibadah, dan eratnya akhlak tidak memastikan manusia itu sendiri akan terbebas dari ujian dan cobaan. Karena Allah Swt menghendaki ujian dan cobaan tersebut untuk mengukur dan menguji sejauh mana tingkat keimanan hamba-hamba-Nya. Namun, kerap kali manusia tidak sadar dengan hal itu dan menganggap bahwa ujian dan cobaan ialah tanda Allah tidak mendengar doa-doa dan melihat ibadahnya. Itulah yang membuat keimanan rentan tergoyah akibat tidak mengakarnya iman tersebut pada jiwa, hati, dan raga.
4, Istikamah
Ditinjau secara etimologi, istikamah atau istiqamah terbentuk dari Masdar (kata benda)Â 'istiqama-yastaqimu-istiqamah yang berarti bersikap tegak, lurus, dan stabil. Apabila dijelaskan secara sederhana, kata tegak mengartikan bahwa ia bersifat teguh pada pendirian. Lalu untuk kata lurus maksudnya ialah selalu melihat ke depan dan terus berjalan. Kemudian, kata stabil bermaksud pada konsistensi seseorang dalam memegang teguh keputusan.
Lebih lanjut, istikamah bisa kita maknai juga dengan kata konsisten. Sikap konsisten diperlukan untuk melahirkan sikap kekokohan, keunggulan, dan kesuksesan. Sehingga pribadi muslim baik itu individu maupun kelompok, memiliki sikap kokoh, kuat, dan gigih dalam menekuni perkerjaannya yang kemudian melahirkan karya-karya unggulan. Karena keunggulan inilah memotivasi mereka untuk terus berjalan hingga pada titik kesuksesan.
Selain itu, istikamah juga ialah bentuk usaha seorang muslim dalam meneguhkan hatinya agar tidak tergoyahkan akidahnya, meluruskan jalan ibadahnya, dan memperkuat muamalanya. Intinya, istikamah berupaya membentuk pribadi muslim dengan sikap ketangguhan, kesabaran, dan kestabilan.
5. Pengendalian Diri
Pengendalian diri bertujuan untuk keberlangsungan hidup manusia dalam upaya meminimalisir segala bentuk risiko agar terhindar dari kerugian, kehilangan, dan penyesalan. Dalam perspektif Al-Qur'an, menerangkan bahwa pengendalian diri didasarkan atas beberapa hal, yaitu 1) perasaan takut akan ganjaran, keadilan, dan pengawasan Allah Swt terhadap makhluk-makhluk-Nya, 2) mengorientasikan pada hawa nafsu agar tidak melanggar etika, moral, serta susila, abai dengan akal sehat dan hati nurani, dan merugikan sesama manusia, 3) meyakini dan mengingat bahwa Allah Swt menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orang yang mampu mengendalikan dirinya.
Selain itu, pengendalian diri juga berpengaruh pada stabilitas kerpibadian seorang individu. Seseorang yang mampu mengendalikan diri ialah yang tidak memaksakan diri untuk melakukan suatu perbuatan, keputusan, atau kebijaksanaan untuk hal yang di luar kendalinya. Lalu kemampuan mengendalikan diri berfungsi sebagai bentuk batasan kita agar tidak dengan mudah menilai baik buruknya seseorang, memandang dirinya paling benar, hingga melupakan keagungan sang Maha Kuasa Allah Swt.