Setiap insan yang bernyawa nan normal pasti pernah merasakan rindu, sekecil apapun nilai kerinduan itu.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan rindu?
Rindu merupakan sebagai sepucuk rasa ingin bertemu atau sebuah kebutuhan akan kehadiran yang dinanti, entah kapan penantian itu akan berakhir. Pendefinisian ini mungkin terlalu sempit bagi sebagian orang. Biarlah, hal ini sudah cukup mewakili apa yang ada di hari-hari ini.
Rindu itu tidak lah harus kepada seorang kekasih, tidaklah hanya kepada lawan jenis, tetapi juga bisa kepada siapapun, termasuk Tuhan, Nabi, Surga, Pemimpin, Orang Tua, Kyai, Saudara, Teman, Guru, Dosen, Anak, Siswa atau siapapun juga, baik yang masih hidup di dunia maupun yang sudah meninggal dunia. Bahkan, rindu dapat pula dirasakan terhadap sesuatu yang immateril tak kasat mata, seperti rindu akan kebaikan, rindu akan nasehat, rindu akan pitutur, rindu akan keadilan, rindu akan ketenangan, rindu akan kebahagiaan, rindu akan kemesraan, rindu akan belaian, rindu akan kebersamaan, rindu akan kebijaksanaan, rindu akan pelukan, rindu akan kasih sayang, rindu akan tamasya, rindu akan kuliner, dan lain sebagainya.
Bukan masalah itu, rindu bisa diartikan dengan apapun, yang pasti rindu datangnya dari hati, yang kemudian dirasa pula dalam hati yang selanjutnya bertumpuk di angan, otak, fikiran dan akhirnya menyatu menjadi satu dalam do'a dengan berharap adanya perwujudan pertemuan dari kerinduan tersebut.
Selanjutnya, darimana datangnya rindu?
Bermula dari Cinta
Rindu, sebagaimana yang dirasakan banyak orang, selalu berawal dari cinta. Dalam keyakinan ini, cinta selalu lahir terlebih dahulu, baru kemudian rindu-lah yang mengikutinya.
Cinta adalah induk dari rindu, atau rindu merupakan turunan dari cinta, meski pada akhirnya, keduanya akan menjadi satu kesatuan rasa.
Ruang cinta, adalah lebih luas daripada rindu. Rindu hanya merupakan bagian dari cinta. Namun, sebuah cinta tidak akan lengkap jika tidak diiringi dengan rindu. Begitulah yang seringkali dirasakan.
Dipisahkan oleh Jarak dan Waktu
Rindu adalah perasaan ingin bertemu, walau pertemuan itu hanya dalam sebuah mimpi, hanya dalam hitungan detik, menit, jam ataupun hari. Rasa ingin bertemu muncul dari terpisahnya seseorang dari orang yang ingin ditemuinya. Ini berarti ada jarak yang memisahkan keduanya. Entah, jarak Kilo Meter yang sukar ditempuh atau bahkan hingga ribuan kilometer. Sedangkan waktu berbicara mengenai ukuran berapa lama seseorang itu tidak bertemu dengan orang yang ingin ditemuinya.
Jika dianalogikan dengan reaksi kimia pada ruang tertutup, cinta dibaratkan sebagai pereaktor, rindu merupakan hasil reaksi, jarak dan waktu merupakan katalisnya, sementara ruang tertutup merupakan sebuah jalinan hubungan (bisa jadi dalam bentuk pernikahan).
Jika dianalogikan dengan ilmu tajwid, cinta itu ibarat Qori'/Qori'ahnya, rindu merupakan hasil qiro'ah yang dibacanya dengan alunan suara indah disertai ketepatan tajwid, fashohah dan irama lagu. Sementara sound sistem merupakan sebuah jalinan kasih nan halal.
Semakin jauh jarak seseorang dan semakin lama waktu memisahkan, maka semakin cepat pula reaksi cinta untuk menghasilkan rasa rindu. Jika rasa cinta itu bertambah, maka dengan sendirinya kekuatan rindu itu bertambah pula. Sebaliknya, jika rindu bertambah, maka secara otomatis bertambah pula rasa cinta seseorang. Pada akhirnya, keduanya akan mencapai titik keseimbangan tertentu yang dinamakan dengan "kesabaran dan keridloan". Begitulah prinsip keseimbangan reaksi antara cinta dan rindu, yang dengan sendirinya, dengan pengelolahan keseimbangan dalam dirinya akan mendapatkan kesabaran dan keridloan. Yes selamat menikmati rindu dari diri kita masing-masing.
*****
Kedunglurah, 02 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H