"Karnaval budaya juga bisa sebagai ajang mempromosikan potensi seni budaya yang ada di setiap wilayah Desa, kecamatan bahkan kabupaten, untuk itu saya akan terjun langsung dan mendukung pelestarian budaya," terangnya.
Dirinya juga tak menampik jika selama ini terlihat, masyarakat sudah merasa kangen dengan gebyar seperti ini, 3 tahun vakum karena adanya pandemi Covid-19.
"Kami merasa bangga dan mengapresiasi atas kerja keras warga masyarakat desa gedongsari, dan berharap acara ini menjadikan satu ikatan, jalinan silaturahmi, kebersatuan dan persatuan yang semakin erat, khususnya di desa ini," harapnya.
Sementara itu, Diana (27) salah satu warga kecamatan Blora kota, yang juga ikut menyaksikan karnaval di Desa Gedongsari mengaku bangga dengan kreasi yang ditampilkan oleh masyarakat dalam kegiatan karnaval. Menurutnya, hal tersebut dapat menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan negeri sendiri.
"Sehingga upaya pelestarian budaya harus ditanamkan melalui penyajian seni budaya di ajang karnaval ini. Tujuannya, menjadikan kesenian daerah lebih dikenal dan lebih disukai oleh kalangan generasi muda," terangnya.
OGOH-OGOH MENJADI PUSAT PERHATIAN MASYARAKAT
Tentunya, apa yang menjadi sajian kreativitas Desa Gedongsari ini, mematik kagum masyarakat yang menyaksikan karnaval tersebut. Bahkan nampak terlihat juga masyarakat luar desa dan kecamatan, juga sudah memenuhi rute yang dimulai dari lapangan kenduruhan (blakang SD Gedongsari) hingga finish, yakni wilayah pasar Badong.
Kemeriahan karnval semakin terasa menggelora, karena peserta karnaval menampilkan berbagai kostum adat, Replika boneka raksasa (Ogoh -- ogoh), dan lain sebagainya.
Bahkan, panas terik matahari yang menyengat tak membuat peserta karnaval kelelahan, malah sebaliknya tetap semangat. begitupun dengan masyarakat yang menonton tetap antusias tak menghiraukan sengatan matahari.
Salah satu peserta karnaval, Agus mengatakan, kegiatan karnaval budaya kali ini diikuti oleh warga dari RT maupun RW yang ada di Desa Gedongsari.