Mohon tunggu...
LILIK KHOTIMATUZZAHROH
LILIK KHOTIMATUZZAHROH Mohon Tunggu... Akuntan - MAHASISWA

MAHASISWA S1 - AKUNTANSI - NIM 43223110064 - FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS MERCU BUANA - PENDIDIKAN ETIK DAN KORUPSI - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Kejahatan pada Pemikiran Teodesi

9 November 2024   00:20 Diperbarui: 9 November 2024   03:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Diskursus kejahatan merupakan salah satu tema sentral dalam teologi dan filsafat, terutama dalam konteks pemikiran teodesi. Teodesi berusaha untuk menjelaskan keberadaan kejahatan dalam dunia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Baik dan Maha Kuasa. 

Pertanyaan mendasar yang muncul adalah: "Jika Tuhan itu baik dan berkuasa, mengapa ada kejahatan di dunia?" Pertanyaan ini tidak hanya menjadi tantangan bagi teolog, tetapi juga bagi individu yang sedang menghadapi penderitaan dan kesulitan dalam hidup mereka. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi apa itu teodesi, mengapa diskursus kejahatan penting, dan bagaimana berbagai pemikir telah menjawab tantangan ini.

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Apa Itu Teodesi

Teodesi berasal dari kata Yunani "theos" yang berarti Tuhan dan "dikaios" yang berarti adil. Teodesi adalah salah satu cabang pemikiran dalam teologis yang berusaha untuk menjelaskan keberadaan, membela keadilan dan kebaikan Tuhan Yang Maha Esa Baik dan Maha Kuasa di tengah kenyataan adanya kejahatan dan penderitaan.

 Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada abad ke-17. Leibniz berargumen bahwa Tuhan menciptakan dunia yang terbaik di antara semua kemungkinan dunia yang ada. Meskipun terdapat kejahatan, hal ini tidak bertentangan dengan sifat Tuhan yang baik, melainkan bagian dari rencana yang lebih besar.

 Teodesi berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang menjadi tantangan sentral dalam teologi dan filsafat, dan telah menjadi fokus utama bagi banyak pemikir sepanjang sejarah. Diskursus kejahatan dalam pemikiran teodesi adalah tema yang kompleks dan mendalam. 

Teodesi berusaha untuk menjelaskan keberadaan kejahatan dalam konteks keyakinan akan Tuhan yang baik dan berkuasa. Melalui berbagai pendekatan yang ada, kita dapat melihat bahwa kehadiran kejahatan tidak selalu bertentangan dengan keyakinan akan Tuhan. Dengan memahami teodesi, kita dapat lebih baik merespons tantangan yang dihadapi dalam hidup kita dan memperkuat iman kita. 

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Jenis-jenis teodesi terdapat beberapa pendekatan yang diambil oleh para pemikir :

  • Teodesi moral => berargumen bahwa kejahatan diperlukan untuk perkembangan moral dan karakter manusia. John Hick, salah satu tokoh terkemuka dalam pemikiran teodesi moral, menyatakan bahwa dunia ini adalah "arena" di mana manusia dapat belajar dan berkembang melalui pengalaman penderitaan (Hick, 1966). 

  • Dalam pandangan ini, kejahatan dan penderitaan berfungsi sebagai alat untuk pertumbuhan spiritual. Dan kejahatan serta penderitaan memungkinkan manusia untuk tumbuh dan belajar, dan kejahatan, kita tidak akan memiliki kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan.

  • Teodesi bebas => biasanya menekankan pentingnya kebebasan manusia dalam menjelaskan kejahatan. Alvin Plantinga berpendapat bahwa kejahatan moral terjadi karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih.

  •  Kebebasan ini, meskipun membawa risiko kejahatan, juga memungkinkan untuk cinta dan kebaikan yang tulus (Plantinga, 1974). Dalam pandangan ini, Tuhan mengizinkan kejahatan untuk menjaga kebebasan manusia, yang merupakan aspek penting dari eksistensi manusia.
  • Teodesi eskatologis => berfokus pada harapan akan masa depan yang lebih baik. 

  • Dalam teodesi ini, penderitaan dan kejahatan di dunia saat ini dipandang sebagai sementara, dan akan diakhiri dengan kedatangan Tuhan di akhir zaman. Ini menciptakan harapan bagi orang-orang yang menderita, bahwa keadilan dan kebaikan Tuhan akan ditegakkan pada akhirnya (Ksemann, 1964).

  • Teodesi proses => yang dipelopori oleh Alfred North Whitehead, berargumen bahwa Tuhan tidak sepenuhnya mengontrol dunia. Dalam pandangan ini, Tuhan berfungsi sebagai entitas yang berproses dan berinteraksi dengan dunia, dan kejahatan muncul sebagai hasil dari kebebasan dan ketidakpastian dalam proses penciptaan. Tuhan, dalam pandangan ini, berusaha untuk membawa kebaikan dari kejahatan, tetapi tidak selalu dapat mencegahnya

  • Teodesi relasional => menekankan hubungan antara Tuhan dan manusia. Dalam pandangan ini, kejahatan dapat dipahami sebagai hasil dari hubungan yang rusak antara manusia dan Tuhan. Ketika manusia menjauh dari Tuhan, kejahatan muncul sebagai konsekuensi dari pilihan tersebut. Pendekatan ini mengajak individu untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Tuhan sebagai cara untuk mengatasi kejahatan.

Pentingnya Diskursus Kejahatan Dalam Teodesi 

Salah satu alasan utama mengapa diskursus kejahatan dalam teodesi penting adalah karena ia menyentuh pertanyaan eksistensial yang mendalam. Kehadiran kejahatan dan penderitaan sering kali menimbulkan pertanyaan mendasar bagi banyak orang, terutama ketika mereka menghadapi kesulitan dalam hidup. 

Ketika seseorang mengalami kehilangan, sakit, atau penderitaan yang tidak terduga, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan sifat-Nya sering kali muncul. Diskursus ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa hal-hal buruk terjadi dan bagaimana hal itu dapat dipahami dalam konteks iman.

John Hick, seorang teolog kontemporer, berargumen bahwa kejahatan dan penderitaan dapat dilihat sebagai alat untuk pertumbuhan spiritual dan moral. Ia menyatakan bahwa tanpa kejahatan, manusia tidak akan dapat mengembangkan kebajikan seperti keberanian, empati, dan kasih sayang (Hick, 1966). Dalam pandangan ini, diskursus kejahatan membantu individu untuk memahami bahwa penderitaan dapat memiliki tujuan yang lebih tinggi, meskipun sulit untuk dipahami pada saat itu.

Diskursus kejahatan juga sangat penting dalam konteks krisis iman. Banyak orang mengalami keraguan dan kebingungan ketika dihadapkan pada kejahatan dan penderitaan. Ketika seseorang yang taat beriman mengalami kesulitan, mereka sering kali mempertanyakan keberadaan Tuhan dan keadilan-Nya. Dalam situasi seperti ini, pemahaman tentang kejahatan dalam konteks teodesi dapat memberikan penghiburan dan harapan.

Teodesi membantu individu untuk memahami bahwa kehadiran kejahatan tidak selalu berarti bahwa Tuhan tidak ada atau tidak baik. Dalam banyak tradisi agama, kejahatan dipandang sebagai hasil dari kebebasan manusia untuk memilih. Misalnya, dalam ajaran Kristen, konsep dosa asal menjelaskan bahwa Adam dan Hawa memilih untuk melawan perintah Tuhan, yang membawa kejahatan ke dalam dunia (Aquinas, 1265-1274). Dengan memahami bahwa kejahatan sering kali merupakan hasil dari pilihan bebas manusia, individu dapat menemukan makna dalam penderitaan mereka dan memperkuat iman mereka.

Diskursus kejahatan dalam teodesi juga berfungsi sebagai jembatan antara pemikiran teologis dan filsafat. Banyak filsuf, seperti David Hume dan Immanuel Kant, telah mengemukakan argumen yang menantang teodesi. Hume, misalnya, berargumen bahwa jika Tuhan itu baik dan berkuasa, maka kejahatan tidak seharusnya ada. Diskusi ini mendorong pengembangan pemikiran teologis yang lebih mendalam dan kritis.

Dalam konteks ini, diskursus kejahatan menjadi penting karena mendorong teolog untuk merumuskan jawaban yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap tantangan yang dihadapi. Sebagai contoh, Alvin Plantinga mengembangkan argumen teodesi bebas yang menekankan bahwa kebebasan manusia adalah alasan mengapa kejahatan ada. Dalam pandangannya, kebebasan ini memungkinkan manusia untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan, yang pada gilirannya membawa makna dan nilai dalam tindakan manusia (Plantinga, 1974).

Memahami kejahatan dalam konteks teodesi juga memiliki implikasi etis yang signifikan. Jika kita memahami kejahatan sebagai bagian dari rencana Tuhan, maka kita perlu mempertimbangkan bagaimana kita sebagai manusia harus meresponsnya. Diskursus ini mendorong individu untuk tidak hanya mencari penjelasan tentang kejahatan, tetapi juga untuk berkontribusi dalam mengatasi kejahatan dan penderitaan di dunia.

Dalam konteks ini, teologi pembebasan, yang berkembang di Amerika Latin, menekankan pentingnya tindakan sosial dan keadilan sebagai respons terhadap kejahatan. Para teolog pembebasan berargumen bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk mengatasi ketidakadilan dan penderitaan. 

Mereka percaya bahwa kehadiran Tuhan dapat dirasakan melalui tindakan kasih dan keadilan di dunia ini (Gutirrez, 1971). Dengan demikian, diskursus kejahatan dalam teodesi tidak hanya berfungsi untuk menjelaskan, tetapi juga untuk mendorong tindakan yang lebih baik dalam masyarakat.

Akhirnya, diskursus kejahatan dalam teodesi memberikan harapan dan penghiburan bagi banyak orang. Dalam situasi yang penuh penderitaan, pemahaman bahwa kejahatan memiliki tujuan yang lebih tinggi atau bahwa ada harapan akan masa depan yang lebih baik dapat memberikan kekuatan bagi individu untuk terus bertahan.

 Pendekatan eskatologis dalam teodesi, yang menekankan bahwa penderitaan dan kejahatan bersifat sementara dan akan diakhiri dengan kedatangan Tuhan, memberikan harapan bagi mereka yang menderita (Moltmann, 1993).

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Konteks Diskursus Kejahatan

Diskursus kejahatan merujuk pada upaya untuk memahami dan menjelaskan keberadaan kejahatan dalam dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Pertanyaan utama yang sering muncul dalam diskursus ini adalah: "Jika Tuhan itu baik dan berkuasa, mengapa ada kejahatan?" Pertanyaan ini menjadi landasan bagi banyak pemikir untuk mengeksplorasi hubungan antara Tuhan, kejahatan, dan penderitaan. 

Dalam konteks ini, teodesi berfungsi sebagai upaya untuk membela keberadaan Tuhan dan menjelaskan kehadiran kejahatan. Diskursus ini melibatkan berbagai pendekatan teologis, filosofis, dan eksistensial yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar ini.

1. Pendekatan Teologis

terdiri dari teologi tradisional dan teologi pembebasan. Pendekatan tradisional dalam teodesi sering kali merujuk pada konsep dosa asal. Dalam ajaran Kristen, misalnya, kejahatan dianggap sebagai hasil dari pilihan bebas manusia yang jatuh ke dalam dosa. Konsep ini dijelaskan dalam kitab Kejadian, di mana Adam dan Hawa memilih untuk melanggar perintah Tuhan, yang mengakibatkan kejatuhan manusia dan masuknya kejahatan ke dalam dunia (Aquinas, 1265-1274). Dalam konteks ini, kejahatan bukanlah ciptaan Tuhan, tetapi hasil dari kebebasan manusia. Sebaliknya, teologi pembebasan yang berkembang di Amerika Latin menawarkan perspektif yang berbeda. Teolog seperti Gustavo Gutirrez menekankan bahwa kejahatan dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin dan tertindas adalah hasil dari struktur sosial yang tidak adil. Dalam pandangan ini, diskursus kejahatan tidak hanya berfokus pada pertanyaan teologis, tetapi juga pada tindakan sosial dan keadilan (Gutirrez, 1971). Teologi pembebasan mendorong umat beriman untuk bertindak melawan ketidakadilan dan kejahatan di dunia.

2. Pendekatan Filosofis

yang terdiri dari argument teodesi bebas dan pendekatan eksistensialis. Salah satu pendekatan filosofis yang signifikan dalam diskursus kejahatan adalah argumen teodesi bebas yang dikembangkan oleh Alvin Plantinga. Plantinga berpendapat bahwa kebebasan manusia adalah alasan mengapa kejahatan ada. 

Dalam pandangannya, kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan adalah sesuatu yang sangat berharga, karena tanpa kebebasan, cinta dan kebaikan tidak dapat muncul secara tulus (Plantinga, 1974). 

Dengan demikian, kehadiran kejahatan dapat dilihat sebagai konsekuensi dari kebebasan yang diberikan kepada manusia. Pendekatan eksistensialis, yang dipelopori oleh pemikir seperti Jean-Paul Sartre dan Viktor Frankl, juga memberikan perspektif yang berbeda tentang kejahatan. Dalam pandangan ini, kejahatan dan penderitaan adalah bagian dari kondisi manusia yang tidak dapat dihindari. 

Namun, individu memiliki kebebasan untuk memberikan makna pada penderitaan mereka. Frankl, dalam karyanya "Man's Search for Meaning," menekankan bahwa meskipun kita tidak dapat menghindari penderitaan, kita dapat memilih bagaimana kita meresponsnya (Frankl, 1946). Pemahaman tentang diskursus kejahatan dalam pemikiran teodesi yang beberapa area penelitiannya dapat dieksplorasi lebih lanjut. 

Melakukan studi kasus tentang pengalaman individu atau kelompok yang menghadapi penderitaan ekstrem dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana mereka memahami dan merespons kehadiran kejahatan. Penelitian ini dapat mencakup wawancara, analisis naratif, dan pendekatan kualitatif lainnya. Membandingkan pandangan tentang kejahatan dalam berbagai tradisi agama dapat memperkaya diskursus ini. 

Dengan memahami bagaimana berbagai tradisi mengatasi pertanyaan tentang kejahatan, kita dapat menemukan kesamaan dan perbedaan yang dapat memperkaya dialog antar agama. Meneliti implikasi psikologis dari diskursus kejahatan dapat membantu memahami bagaimana individu mengatasi penderitaan dan kejahatan dalam kehidupan mereka. Penelitian ini dapat mencakup aspek-aspek seperti resilien, coping mechanisms, dan dampak psikologis dari kepercayaan teologis.

DAFTAR PUSTAKA

Aquinas, Thomas. (1265-1274). Summa Theologica. New York: Benziger Bros.

Gutirrez, Gustavo. (1971). A Theology of Liberation: History, Politics, and Salvation. Maryknoll: Orbis Books. 

Hick, J. (1966). Evil and the God of Love. New York: Harper & Row.

Plantinga, A. (1974). God, Freedom, and Evil. Grand Rapids: Eerdmans. Pentingnya Diskursus Kejahatan Dalam Teodesi.

Rowe, William L. (1990). Philosophy of Religion: An Introduction. Belmont, CA: Wadsworth.

Wykstra, Stephen. (1984). "The Humean Challenge to theistic belief." Philosophical Topics, 12(1), 145-172.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun