Dalam konteks ini, teologi pembebasan, yang berkembang di Amerika Latin, menekankan pentingnya tindakan sosial dan keadilan sebagai respons terhadap kejahatan. Para teolog pembebasan berargumen bahwa iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk mengatasi ketidakadilan dan penderitaan.Â
Mereka percaya bahwa kehadiran Tuhan dapat dirasakan melalui tindakan kasih dan keadilan di dunia ini (Gutirrez, 1971). Dengan demikian, diskursus kejahatan dalam teodesi tidak hanya berfungsi untuk menjelaskan, tetapi juga untuk mendorong tindakan yang lebih baik dalam masyarakat.
Akhirnya, diskursus kejahatan dalam teodesi memberikan harapan dan penghiburan bagi banyak orang. Dalam situasi yang penuh penderitaan, pemahaman bahwa kejahatan memiliki tujuan yang lebih tinggi atau bahwa ada harapan akan masa depan yang lebih baik dapat memberikan kekuatan bagi individu untuk terus bertahan.
 Pendekatan eskatologis dalam teodesi, yang menekankan bahwa penderitaan dan kejahatan bersifat sementara dan akan diakhiri dengan kedatangan Tuhan, memberikan harapan bagi mereka yang menderita (Moltmann, 1993).
Konteks Diskursus Kejahatan
Diskursus kejahatan merujuk pada upaya untuk memahami dan menjelaskan keberadaan kejahatan dalam dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Pertanyaan utama yang sering muncul dalam diskursus ini adalah: "Jika Tuhan itu baik dan berkuasa, mengapa ada kejahatan?" Pertanyaan ini menjadi landasan bagi banyak pemikir untuk mengeksplorasi hubungan antara Tuhan, kejahatan, dan penderitaan.Â
Dalam konteks ini, teodesi berfungsi sebagai upaya untuk membela keberadaan Tuhan dan menjelaskan kehadiran kejahatan. Diskursus ini melibatkan berbagai pendekatan teologis, filosofis, dan eksistensial yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar ini.
1. Pendekatan Teologis
terdiri dari teologi tradisional dan teologi pembebasan. Pendekatan tradisional dalam teodesi sering kali merujuk pada konsep dosa asal. Dalam ajaran Kristen, misalnya, kejahatan dianggap sebagai hasil dari pilihan bebas manusia yang jatuh ke dalam dosa. Konsep ini dijelaskan dalam kitab Kejadian, di mana Adam dan Hawa memilih untuk melanggar perintah Tuhan, yang mengakibatkan kejatuhan manusia dan masuknya kejahatan ke dalam dunia (Aquinas, 1265-1274). Dalam konteks ini, kejahatan bukanlah ciptaan Tuhan, tetapi hasil dari kebebasan manusia. Sebaliknya, teologi pembebasan yang berkembang di Amerika Latin menawarkan perspektif yang berbeda. Teolog seperti Gustavo Gutirrez menekankan bahwa kejahatan dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin dan tertindas adalah hasil dari struktur sosial yang tidak adil. Dalam pandangan ini, diskursus kejahatan tidak hanya berfokus pada pertanyaan teologis, tetapi juga pada tindakan sosial dan keadilan (Gutirrez, 1971). Teologi pembebasan mendorong umat beriman untuk bertindak melawan ketidakadilan dan kejahatan di dunia.
2. Pendekatan Filosofis