Mohon tunggu...
Lilih muplihat
Lilih muplihat Mohon Tunggu... Novelis - Hanya yang suka menulis

Suka menulis, membaca, bercerita, dan makan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Peyek Pembawa Cinta Pertama (Bagian 6)

4 Juni 2023   06:32 Diperbarui: 4 Juni 2023   06:36 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia melihat jam tangan sudah pukul 12.00 malam, "apa aku tidak mengganggu ..." menengadah melihat bulan purnama.

"Tapi aku ingin cepat selesai ..." menunduk mengusap wajah dan duduk di pinggir pagar.

Azmi mencoba menekan nomor yang Ibunya berikan. Ternyata tersambung, tapi sayang, tidak diangkat.

Dia tidak menyerah, terus menelepon sampai hampir 10 kali, barulah diangkat.

"Halo, Tatonya Abang ..."

"Nak Azmi, ini Mak. Tarinya sudah tidur sepertinya."

Azmi menghela nafas, mengusap wajah, "Oh ... maaf Mak. Azmi susah mengganggu. Tapi ..." dia menjeda merasa enggan untuk meminta pertolongan.

Di seberang telepon, Mak Ijah tersenyum. Walaupun dia merasa sedih dengan apa yang terjadi pada anaknya, tapi dia tidak mau masalah keduanya semakin berlarut.

"Nak Azmi ... Nanti jam 4 datang saja ke rumah. Lewat dapur, Tari ada sedang menyiapkan dagangan."

Azmi tersenyum, "apa boleh, Mak?"

 "Iyaaa, temui saja Tari, selesaikan semua masalah kalian. Tapi ingat, kalian belum sah jadi suami-istri."

Azmi mengusap tengkuk, "eh, i ... iya, iya, Mak. Azmi pasti ingat. Terima kasih banyak, Mak."

"Sama-sama. Manfaatkanlah waktu kamu sebelum pergi."

"Siap! Pasti, Mak! Kalau begitu, Azmi tutup dulu, ya. Maaf sudah mengganggu istirahatnya."

"Tidak, apa. Sekarang kamu juga, eh, bagaimana anak tadi?"

Azmi mengerutkan kening dan sadar, "oooh, sudah tidak apa-apa, Mak. Biasa, dia tengah mengandung."

"Oooh, pantas saja. Mungkin dia kelelahan karena lama berdiri."

"Iya, mungkin, Mak. Azmi tutup, ya."

Azmi menyenderkan tubuh di pagar, "aku harap, kamu mau mendengarkan dan memaafkan semua. Abang tidak ingin berpisah lama, denganmu lagi, Tato." Akhirnya dia pergi pulang setelah meminta izin pada Ibunya.

Mak Ijah, menatap anaknya yang tengah menangis, dia ingin sekali menanyakan masalah Tari. Tapi tidak jadi, "puaskanlah kamu menangis, sebelum datang hari esok," Mak Ijah kembali ke kamar.

Sebelum jam 04.00 pagi, Tari sudah bangun. Dia mempersiapkan semua makanan yang akan dijual pagi ini. Semua jajanan itu Tari persiapkan sendiri, sampai terdengar ketukan pintu.

Kening Tari merengut, "siapa pagi-pagi bertamu." Tari mematikan kompor dan membuka pintu.

"Aaah, Set_"

Azmi menutup mulut Tari dan membuka tutup kepala, "ini Abang, Tato."

Tari melotot dan menggigit tangan Azmi, sampai dia meringis, "ya ampun Tato, sakiiit."

Tari memasang wajah tidak bersahabat, "lain kali jangan seperti ini!"

Azmi tersenyum dan buru-buru meraih tangan Tari supaya dia tidak pergi.

"Maaf, Abang mengganggu, ya?" Azmi ikut masuk ke dapur dan duduk di bangku pendek yang biasa Tari gunakan.

"Abang mau apa kemari, pagi-pagi mengganggu orang yang mau bekerja!"

Azmi tersenyum, dia lega, karena setidaknya Tari tidak mengusir dirinya.

"Abang mau peyek. Kamu sudah selesai membuatnya, bukan?"

Tari menghembuskan nafas kasar, "jangan basa-basi, cepat katakan apa yang ingin Abang katakan?"

Azmi menatap Tari, sudut bibirnya terangkat, "Abang mau menceritakan_"

Tari menunduk dan mengangkat tangan, "apa bisa jangan_"

Azmi memegang tangan Tari cepat dan menatap, "Abang tidak bisa pergi, sebelum menyelesaikan masalah kita. Abang ingin setelah pulang nanti kita langsung menikah."

"Tari tidak setuju! Lebih baik_"

"Itu bukan bayi Abang! Sasa sudah menikah dengan orang lain, tapi tidak lama dan itu bayi orang lain."

Tari mengangkat kepala, "lalu, kenapa abang_"

"Maaf, itu ditukar Sasa dan Abang_"

"Kenapa sampai bisa seperti itu? Harusnya Abang_"

Azmi memeluk Tari, "Maaf, abang lalai, abang tidak tahu kalau dia melakukan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun