Dia melihat jam tangan sudah pukul 12.00 malam, "apa aku tidak mengganggu ..." menengadah melihat bulan purnama.
"Tapi aku ingin cepat selesai ..." menunduk mengusap wajah dan duduk di pinggir pagar.
Azmi mencoba menekan nomor yang Ibunya berikan. Ternyata tersambung, tapi sayang, tidak diangkat.
Dia tidak menyerah, terus menelepon sampai hampir 10 kali, barulah diangkat.
"Halo, Tatonya Abang ..."
"Nak Azmi, ini Mak. Tarinya sudah tidur sepertinya."
Azmi menghela nafas, mengusap wajah, "Oh ... maaf Mak. Azmi susah mengganggu. Tapi ..." dia menjeda merasa enggan untuk meminta pertolongan.
Di seberang telepon, Mak Ijah tersenyum. Walaupun dia merasa sedih dengan apa yang terjadi pada anaknya, tapi dia tidak mau masalah keduanya semakin berlarut.
"Nak Azmi ... Nanti jam 4 datang saja ke rumah. Lewat dapur, Tari ada sedang menyiapkan dagangan."
Azmi tersenyum, "apa boleh, Mak?"
 "Iyaaa, temui saja Tari, selesaikan semua masalah kalian. Tapi ingat, kalian belum sah jadi suami-istri."