Tari mengangguk, "uang persediaan kita tidak akan cukup untuk kebutuhan lusa, Mak."
"Kamu tidak_"
"Kenapa Tari harus malu, ini bukan maling. Lagian kasihan, Mak. Langganan yang makannya menunggu peyek Tari bagaimana."
Mak Ija tersenyum, "Iyaaa. Baiklah, bagai mana baiknya saja. Mak tidak akan menentangmu."
Tari tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, Mak. Tari tidur dulu."
Mak Ijah tersenyum, Â "kalau begitu Mak pergi dulu. Jangan sampai mimpi yang aneh-aneh ya."
"Iiih, Mak ada-ada saja."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H