"Emak jangan kawatir, Azmi pastikan Tari mau dan kita nikah sekarang, Tatonya abang." Azmi menatap Tari dan tersenyum.
Tari memalingkan kepala dengan tangan masih mengepal.
"Tidak, aku tidak mau menikah terburu-buru. Apalagi wanita yang mengacau dulu masih ada disisinya." Tari menatap ke samping kiri dan mendapati seorang wanita yang terus menatap perdebatan mereka.
"Tatonya Abang, mau ya, kita menikah_"
"Tidak. Tari tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Jadi, biarkan ini berjalan dengan lambat."
"Tapi, Tato. Abang harus_"
"Jangan kawatir, Abang bisa pergi seperti biasa. Tari akan menunggu Abang di sini."
"Tapi_"
"Maaf, Bang. Itu keputusan akhir. Kalau Abang mau menikah hari ini, Abang bisa mencari orang lain."
Azmi tertegun, dia tidak mengira kalau wanita yang dulu selalu mengiyakan bahkan mengajak lebih dulu dalam suatu hal, berubah drastis, berani menolaknya.
"Tato, Abang minta maaf bila_"